Kuningan, Kontroversinews | Publik Kabupaten Kuningan kembali digegerkan oleh pemberitaan mengenai salah satu kepala sekolah di Kecamatan Ciawigebang yang diduga melakukan tindakan tidak bermoral berupa chat mesum dengan wanita idaman lain (WIL).
Aar, anak tiri dari oknum kepala sekolah berinisial “S”, telah melaporkan perilaku bejat ayah tirinya itu kepada Dinas Pendidikan serta BKSDM Kuningan. Berdasarkan informasi yang beredar, kedua instansi tersebut menyatakan akan segera memproses laporan tersebut.
Kasus ini menambah daftar panjang perilaku amoral pejabat publik di Kabupaten Kuningan, sehingga memantik respons keras dari Forum Komunikasi Gabungan Ormas & LSM (FKGOL) Kuningan. Beberapa ketua Ormas dan LSM memberikan tanggapan tegas.
Pada Selasa (18/11/2025), Ketua Barak, Nana Rusdiana, S.IP, menuturkan bahwa sepanjang tahun 2025 berbagai kasus pelanggaran etika moral pejabat publik kian marak. Mulai dari anggota DPRD, kepala desa, hingga kini kepala sekolah.
“Ini menandakan bahwa Kuningan sedang darurat krisis etika moral para pejabat publik. Perlu adanya pembinaan keagamaan, etika moral, serta mental sosial yang lebih ditingkatkan bagi para pejabat di Kuningan,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa tindakan mesum oknum kepala sekolah tersebut telah mencoreng dunia pendidikan Kuningan yang sedang menuju predikat Kabupaten Pendidikan.
“Masa pendidiknya bermoral bejat begitu? Jangan-jangan masih banyak oknum lain yang belum terungkap,” sindirnya.
Nana menegaskan bahwa oknum kepala sekolah tersebut harus ditindak tegas serta diberikan sanksi berat agar memberikan efek jera.
Hal senada disampaikan Ketua Gibas, Bung Manap.
“Sungguh memalukan dan sangat mencoreng dunia pendidikan Kuningan. Kepsek dengan moral bejat dan otak ngeres seperti itu harus diberi sanksi berat,” tegasnya.
Ia juga menyoroti adanya dugaan penyimpangan lain.
“Kepsek doyan perempuan perlu diinvestigasi juga anggaran sekolahnya, karena diduga ada dana sekolah yang diselewengkan.”
Manap menekankan pentingnya pembinaan etika moral dan agama bagi para pendidik, sebab perilaku amoral justru memberi contoh buruk bagi peserta didik.
“Para pejabat publik harus ingat bahwa jabatan melekat pada diri mereka. Etika moral mereka menjadi contoh bagi masyarakat,” tambahnya.
Menurutnya, laporan yang disampaikan oleh anak tiri oknum kepsek tersebut menjadi bukti bahwa perilaku sang ayah tiri sudah membuat keluarganya sendiri muak dan jijik.
Dunia pendidikan Kuningan pun kembali tercoreng. Ibarat pepatah: ‘Guru kencing berdiri, murid kencing berlari.’
Semoga kejadian ini menjadi peringatan keras (warning) bagi seluruh insan pendidikan di Kabupaten Kuningan agar lebih menjaga marwah pendidik, menjunjung etika moral, dan menjadi teladan bagi peserta didik maupun masyarakat. ***








