Ketika Masker Diburu, Pengusaha Justru Kekurangan Modal

- Pewarta

Minggu, 22 Maret 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

ARJASARI  | Kontroversinews – Serangan virus corona ke 185 negara telah menumbuhkan kepanikkan yang mencekam. Seluruh sendi kehidupan pun lumpuh. Sektor ekonomi di Indonesia juga ambruk. Hanya beberapa saja yang masih tetap bisa bertahan, di antaranya adalah usaha dibidang terkait obat-obatan dan masker.

Masker saat ini memang menjadi salah satu komoditas primadona. Paling tidak, barang itu banyak dicari warga masyarakat meski harganya melonjak drastis, yaitu dari semula hanya Rp1000/lembar kini menjadi Rp5000 perlembar. Lonjakan harga tersebut, tentu saja direspons baik termasuk oleh pengusaha home industri.
Masyarakat, menurut hasil pantauan, sekarang ini tidak hanya memburu masker jenis sensi atau masker N95, tetapi masker kainpun ikut diburu.

Bahkan salah satu pengrajin masker kain, H. Furqon Nurhakim produsen  masker kain rumahan di Kampung Cintarasa RT 01 RW 17 Desa Pinggirsari Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung, konon bisa menerima order mencapai 10 ribu lusin masker kain/minggu.  “Lonjakan pemesanan memang sangat signifikan,” kata Furkon, Minggu (22/03/30).

Harga per lusin masker, kata Furkon, Rp35.000 hingga Rp 40.000/lusin. Perharinya ia bisa memproduksi 500 lusin masker.
“Untuk masker kain ini, sebelumnya pemasarannya sampai Malaysia dan Singapore. Tapi sekarang di Indonesia juga sudah banyak yang pesan dan belum terpenuhi,” ungkap Furqon.

Furqon mengaku bahwa selama ini, permodalan untuk kelangsungan produksi masih dilakukan secara mandiri. Jadi belum ada suntikan modal dari siapapun, baik pemerintah maupun swasta. Dirinya berharap, adanya bantuan dari pihak lain untuk permodalan usahanya, utamanya untuk produksi masker kain.
“Kalau memang ada CSR, saya ingin diikutsertakan,” harap Furqon.

Furqon menuturkan, sebelum ada virus corona, usahanya hanya memproduksi cadar dan sweater. Tetapi, karena permintaan masker kain yang melonjak, maka Furqon memutuskan untuk memproduksi masker kain. Untuk melakukan produksi masker kain itu, Furqon dibantu oleh tujuh pegawai dengan tujuh mesin produksi, dan sebagaian di-makloon-kan pada tetangga.

“Karena banyaknya orderan yang harus dipenuhi, pekerja  saya bisa kerja dari pukul 06.00 WIB hingga 22.00 WIB. Makanya saya berharap ada bantuan modal supaya bisa menambah jumlah mesin produksi,” pungkas Furqon.

Terkait usaha yang dilakoni Furkon, Bank BPR Kerta Raharja, sebagai bank BPR milik Pemkab Bandung, konon bisa saja memberikan bantuan modal usaha. Namun sejauh ini, BPR Kerta Raharja belum menerima permintaan bantuan permodalan dari pihak pengusaha masker termasuk H. Furkon. (Lily Setiadarma)

Berita Terkait

Promosi Wisata Perlu Digencarkan, Walini Rancabali Harapkan Perhatian Pemkab Bandung
PDAM Kuningan Jamin Peningkatan Pelayanan Pelanggan Akan Meningkat
Pentingnya Diskusi Publik Terbuka”Bedah APBD Demi Kuningan Maju
Hadir di Bedas Expo 2025, BPR Kerta Raharja Diserbu Calon Nasabah
Satgas PHK dan Titik balik Perlindungan Tenaga Kerja
Harga BBM Pertamina, Shell, Vivo, BP Stabil Meski Minyak Dunia Anjlok
Rupiah Menguat Dipengaruhi Sikap Trump yang “Melunak” Terkait Tarif
Kelompok Patani Kopi Mekarsari Gelar Diskusi, Membahas Pengembangan Usaha Kopi yang Terarah dan Berkelanjutan

Berita Terkait

Selasa, 10 Juni 2025 - 19:31

Promosi Wisata Perlu Digencarkan, Walini Rancabali Harapkan Perhatian Pemkab Bandung

Sabtu, 17 Mei 2025 - 17:50

PDAM Kuningan Jamin Peningkatan Pelayanan Pelanggan Akan Meningkat

Rabu, 14 Mei 2025 - 20:58

Pentingnya Diskusi Publik Terbuka”Bedah APBD Demi Kuningan Maju

Selasa, 29 April 2025 - 17:50

Hadir di Bedas Expo 2025, BPR Kerta Raharja Diserbu Calon Nasabah

Senin, 21 April 2025 - 11:44

Satgas PHK dan Titik balik Perlindungan Tenaga Kerja

Berita Terbaru