Tragedi KM Sinar Bangun Dihujat Netizen

oleh
oleh

Samosir | Kontroversinews.-Ini Penjelasan Kapten KMP Sumut II Donni Silalahi,  Tragedi tenggelamnya KM Sinar Bangun di Danau Toba, Senin 18/6/18, menelan ratusan korban jiwa dan hilang.

Dalam kejadian itu, para nitizen menumpahkan kekesalannya, bahkan menghujat dan tidak sedikit yang menyumpah Kapten KMP Sumut II, Donni Silalahi (41), karena saat kejadian meninggalkan para korban yang minta pertolongan. Merasa hujatan itu sepihak, akhirnya Donni pun berikan penjelasan.

“Di tengah situasional itu, saya dan ABK sudah berupaya semaksimal mungkin untuk memberikan pertolongan kepada para korban kapal tenggelam KM kayu Sinar Bangun di Danau Toba,” tutur Donni Silalahi, ditemui kontroversinews Senin 25/6/18, di Pelabuhan Simanindo.

“Namun, di balik pertolongan yang mereka lakukan, sambung Doni, justru dirinya mendapat hujatan di media sosial, yang menurutnya terlalu memojokkan.

Dia menjelaskan, saat kejadian, KMP Sumut II sudah bergerak dari Pelabuhan Simanindo menuju Tigaras pukul 16.50 WIB. Posisi kecepatan stabil dengan membawa penumpang dan kendaraan roda empat.

“Baru bergerak sekitar 5 menit dari Pelabuhan Simanindo dengan kecepatan stabil, tiba-tiba saya dikejutkan dengan adanya informasi dari salah satu ABK yang memberitahukan kepada saya bahwa ada kapal yang terbalik dihantam ombak di tengah Danau Toba dengan rute yang sama menuju Tigaras,” jelas Donni.

Lanjut Doni, untuk memastikan informasi itu, langsung memantau dengan bantuan teropong feri. Ternyata benar dan langsung tancap gas menuju lokasi KM kayu Sinar Bangun tenggelam.

“Saya pun langsung bergerak cepat dan tancap gas dengan kecepatan penuh untuk mengejar sampai ke TKP. Jarak tempuh kira-kira 3 KM, dan kala itu diperkirakan membutuhkan waktu sekitar 15 menit dari titik saya mengetahui kejadian,” tutur Donni.

Dia menambahkan, selain tancap gas, juga langsung memberikan informasi melalui radio kapal kepada radio di darat (pelabuhan) di kedua pelabuhan, yaitu Pelabuhan Simanindo dan Pelabuhan Tigaras untuk segera mengarahkan KMP Sumut I yang sedang memuat penumpang dan kendaraan roda empat di Pelabuhan Simanindo.

“Selain KMP Sumut I, seluruh kapal kayu yang ada di Simanindo dan Tigaras juga diupayakan segera ke TKP untuk membantu korban. Akhirnya kendaraan yang sempat dinaikkan ke KMP Sumut I terpaksa dikeluarkan, untuk memberikan pertolongan ke TKP,” paparnya.

Terkait hujatan warga net yang menyebutkan Nahkoda KMP Sumut II hanya melintas dan tidak melakukan pertolongan, Donni membantahnya.

“Saya bukan pada posisi melintas pada saat kejadian, tetapi saya justru mempercepat laju KMP Sumut II dari Simanindo setelah sempat berlayar 5 menit. Saya tancap gas menuju TKP supaya segera memberikan pertongan kepada korban, dan itulah niat saya kala itu,” tegasnya.

Kata Donni, setelah tiba di TKP, ternyata kapal KM kayu Sinar Bangun sudah tenggelam, diduga karena hantaman ombak.

“Sebelum kami tiba di TKP, saya hanya melihat para penumpang yang minta tolong di tengah hamparan ombak dan angin kencang, yang pada saat itu, saya perkirakan ketinggian ombak mencapai 2 hingga 3 meter,” ujar Donni.

Dan mengenai skoci dan liferaft yang tidak diturunkan, turut mendapat hujatan dari sejumlah netizen, Donni memperkirakan, upaya itu justru akan lebih lama.

“Yang ada dalam naluri saya adalah perhitungan waktu untuk menurunkan skoci akan lebih lama, butuh 3 hingga 4 orang untuk membuka, dan membutuhkan waktu 5 sampai 10 menit agar skoci itu bisa sampai ke danau,” terang Donni.

Dalam benaknya, tambah Donni, daripada menunggu lama menurunkan skoci dan liferaft bersama ABK, lebih baik mengutamakan percepatan pertolongan dengan mengeluarkan sekaligus membagikan life jaket kepada korban untuk pertolongan yang lebih cepat dan efektif.

“Karena pada situasi naas itu, cuaca pun sangat tidak mendukung. Namun demikian, kami tetap berupaya secara maksimal. Di situasi itu juga, tiba-tiba ombak menghantam lambung KMP Sumut II dan dihempas angin kencang membuat KMP Sumut II sempat oleng dan hampir tebalik. Kami tidak berhenti menolong para korban,” ucapnya.

Lebih jauh, Donni menjelaskan, di tengah guncangan ombak menolong para korban, sebagian besar penumpang KMP Sumut II panik serta menjerit-jerit, dan salah seorang penumpang berteriak menghampiri nahkoda ke ruang anjungan (tempat stir nahkoda) memberitahukan anaknya sudah pingsan di bawah.

“Apakah kami ikut bapak korbankan?,” ucap Donni menirukan pertanyaan penumpang yang menghampirinya.

“Namun saya masih sempat mempertahankan situasi feri untuk memberikan pertongan kepada korban. Akan tetapi jikalau kemudi tetap saya pertahankan di lokasi kejadian, dengan kondisi alam yang tidak mendukung, prediksi saya kemungkinan akan bernasib sama dengan Kapal Sinar Bangun yang sudah tenggelam itu,” papar Donn lagii.

Menimbang situasi itu, lanjutnya lagi, akhirnya terlebih dulu berkordinasi melalui radio ke KMP Sumut I yang sudah tiba di tempat kejadian supaya mereka yang melanjutkan untuk memberikan pertolongan bersama kapal kayu KM Cinta Dame yang sama-sama sudah berada di TKP.

Masih keterangan Donni Silalahi, setelah berkordinasi dengan KMP Sumut I, dan dengan pertimbangan penuh, akhirnya memutuskan untuk menyelamatkan penumpang yang dibawanya, dan mengantarkan para penumpangnya ke dermaga Tigaras, bersama 3 orang korban yang sempat ditolong.

“Sebelum bantuan-bantuan itu datang, dan selain melakukan pertolongan, sebelumnya kami juga sudah melemparkan 52 pelampung (lifejacket) kepada korban yang masih mengapung,” tutur Donni.

Setelah menurunkan penumpang di Tigaras, sambungnya lagi, mereka langsung putar haluan dan bergerak balik menuju TKP, bergabung melakukan pertolongan dan pencarian para korban.

“Setelah menurunkan penumpang di Tigaras, kami langsung kembali melakukan pertolongan ke lokasi kejadian,” tegas Donni.(ps)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *