Majalaya, Kontroversinews.com – Dalam pertemuan dengan komunitas peduli bencana, Yayasan Rancage Jaga Balai, dan kandidat Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengenai penanganan bencana di Cekungan Bandung, terungkap bahwa penanganan bencana selama ini masih bersifat sporadis kepada pasca bencana saja.“
Penanganan bencana masih kepada bagi-bagi bantuan dan evakuasi saja, padahal Early Warning System (EWS) ini dapat menyelamatkan ribuan warga,” kata Denni Hamdani, Penasihat Yayasan Jaga Balai di Bale Rancage Jaga Balai, Jl. Cipaku, Majalaya Kabupaten Bandung, Rabu, 28 Maret 2018.
Menurut Denni, dalam penanganan bencana, pemerintah kita belum punya renkon (rencana kontijensi) dan renops (rencana operasi) tanggap darurat. “Selama ini malah kita yang bikin secara swadaya ke titik-titik rawan,” kata dia.
Yayasan Rancage yang berdiri sejak 2014, memiliki 18 alat pencegahan bencana berbentuk Automatic Weather Station (AWL) dan Automatic Water Level Recorder (AWLR). Kedua alat tersebut dipasang di titik-titik rawan untuk memantau awan dan tinggi muka air.
Peralatan yang dibuat atas kerjasama antara ITB dan Dinas Lingkungan Hidup Jawa Barat ini dalam keadaan siaga. Alat – alat tersebut memberikan informasi berharga kepada pusat komando Jaga Balai, yang memberikan informasi tindakan apa yang harus dilakukan dalam rencana kontijensi dan rencana operasi tanggap daruratnya.
Menanggapi hal tersebut, Ridwan Kamil mengusulkan agar dibuat sistem peringatan dini melalui aplikasi yang bisa disebar ke seluruh masyarakat rawan terdampak bencana.
“Saya mengusulkan ada apps atau aplikasi yang memonitor tentang air di Cekungan Bandung, setiap ada informasi kenaikan permukaan air dapat diinformasikan melalui hp-nya masing-masing, sehingga warga bisa berinisiatif menyelamatkan diri dan harta bendanya lebih dini,” ujar Wali Kota Bandung yang meraih 310 penghargaan ini.
Menurut Wali Kota Terbaik 2017 versi Kemendagri ini, untuk mengantisipasi bencana banjir harus dibangun danau resapan di daerah-daerah hulu agar air tidak langsung turun hilir atau daerah yang lebih rendah. “Danau-danau kecil harus dihidupkan lagi di desa-desa. Sehingga saat air mengalir bisa di parkir dulu, ” tukasnya.
Apa yang sudah diupayakan oleh Jaga Balai di Majalaya, kata Kang Emil, tinggal disempurnakan dan diadaptasi di wilayah Cekungan Bandung lainnya di Jabar.
“Cara ini nanti diduplikasi di seluruh wilayah cekungan Bandung. Ihtiar yang saya lakukan adalah memastikan Perpres pengelolaan cekungan Bandung harus turun sehingga bisa mengatur masalah kebencanaan secara taktis,” kata Paslon Gubernur Jabar nomor urut satu ini. (*)