Cirebon, Kontroversinews | Seorang pemimpin idealnya menjadi tempat masyarakat mengadu dan menyampaikan keluh kesah. Seperti halnya Bupati Cirebon, Imron, yang selama ini dikenal merangkul rakyatnya, menjadi sosok panutan, dan figur ayah bagi masyarakat Kabupaten Cirebon.
Namun sayangnya, sikap humanis tersebut dinilai tidak tercermin dalam perilaku salah satu ajudannya. Seorang warga, sebut saja Ibu IP, mengalami kejadian tidak menyenangkan saat berkunjung ke Pendopo Bupati bersama anaknya, untuk menyerahkan proposal yang menurutnya diminta langsung oleh Bupati Imron.
IP menceritakan, ia sempat menunggu di ruang tamu seperti tamu lainnya. Tak lama kemudian, ajudan berinisial R mendatangi dan menanyakan keperluannya. Setelah IP menjelaskan maksud kedatangannya, ajudan tersebut menyarankan agar proposal diserahkan saja kepadanya, dengan alasan prosedur akan tetap sama. Namun, IP menolak karena ada hal yang menurutnya perlu disampaikan langsung kepada Bupati.
Respons ajudan R dinilai tidak pantas. Dengan nada ketus, ia berkata, “Emang mau ada apa menghadap Bapak? Lagipula Ibu ke sini bawa anak buat apa? Jangan jual-jual nama anak supaya dikasih uang sama Pak Bupati. Jangan gitu, Bu. Kasihan anaknya.”
Ucapan tersebut membuat IP terkejut dan merasa tersakiti, terlebih karena diucapkan di depan anaknya. Merasa kecewa dan malu, ia kemudian berpindah ke mushola bersama sang anak. Namun belum usai keterkejutan IP, ia mengaku menyaksikan ajudan R menerima sejumlah uang dari tamu lain yang baru saja selesai bersilaturahmi.
Peristiwa tersebut memunculkan dugaan bahwa ada praktik yang tidak semestinya dalam proses pertemuan dengan Bupati. “Saya jadi berpikir, apakah memang harus ‘menyediakan sesuatu’ agar bisa bertemu?” ujar IP.
Kejadian ini tentu menjadi ironi, terlebih terjadi di lingkungan orang nomor satu di Kabupaten Cirebon. Hingga berita ini diturunkan, pihak media belum berhasil meminta klarifikasi langsung dari Bupati Imron karena padatnya jadwal beliau.
Pertanyaannya kini, apakah sang pemimpin mengetahui perilaku bawahannya? Dan jika ya, bagaimana responsnya terhadap dugaan sikap arogan dan dugaan gratifikasi ini?. (M)