Bandung, Kontroversinews.com – Wakil Ketua Bidang Infokom Dewan Pengurus Cabang (DPC) Hanura Kota Bandung, Rudi Erawan mengatakan, alasan pengunduran tersebut didasarkan pada pertimbangan dan perhitungan yang rasional, kalkulatif dan terukur. Hal itu bukan semata-mata atas dasar emosional.
“Melihat kondisi Partai Hanura saat ini babak belur dan kacau balau di semua tingkatan,” kata Rudi di Hotel Newton, Jalan L.L. R.E Martadinata, Bandung, Sabtu (28/4).
Rudi menjelaskan, pertimbangan pengunduran itu yakni dualisme kepemimpinan serta kisruh yang berlarut-larut di tubuh Partai Hanura, baik di tingkat Dewan Pimpinan Pusat (DPP), Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Jawa Barat dan DPC Kota Bandung. Dualisme itu, kata Rudi, sangat menguras energi dan konsentrasi kader terhadap tugas pokoknya membesarkan organisasi Hanura.
“Hal itu berdampak terhadap menurunnya kepercayaan masyarakat kepada Partai Hanura sebagai partai yang menamai dirinya hati nurani rakyat,” tegas Rudi.
Kemudian, terjadi inkonsistensi DPP dan DPD Hanura Jabar terkait pemecatan Ketua DPC Kota Bandung, Endun Hamdun. Pasalnya, lanjut Rudi, seluruh tugas yang harus dilakukan Plt DPC Hanura Kota Bandung, Ade Fahruroji sudah dituntaskan dengan mememuhi kaidah normatif AD/ART dan peraturan organisasi yakni Muscalub. Sehingga, Ade merupakan Ketua DPC Hanura Kota Bandung yang definitif.
Akan tetapi, DPP tidak segera menerbitkan SK kepengurusan DPC Kota Bandung hasil Muscalub. Akibatnya, terjadi pembiaran DPC Hanura Kota Bandung dipimpin Endun yang notabene sudah diberhentikan.
“Hal itu suatu pembelajaran politik yang buruk bagi kader dan pengurus dalam suatu organisasi partai politik,” ucap Rudi.
Dia menambahkan, OSO yang mendaftarkan diri sebagai calon Dewan Pimpinan Daerah (DPD), menambah panjang alasan kader mengundurkan diri. Maka, imbuhnya, tidak aneh bila hasil rilis beberapa lembaga survei menempatkan popularitas dan elektabilitas Hanura dalam zona merah.
“Nalar politik yang sangat aneh, bagaimana logika berpikirnya? Seorang Ketua Umum partai mendaftarkan diri sebagai kandidat DPD,” pungkas Rudi
Sementara di tempat terpisah, menurut Wakil Ketua Bidang Organisasi Hanura Jabar Versi Daryatmo (Bambu Apus) Giri MQ saat diminta keterangan oleh awak media tentang situasi yang menimpa internal partai Hanura, mengatakan jika dalam organisasi, aspek kepemimpinan adalah hal yang sangat vital.
“Ya itu suatu keniscayaan sebenarnya. Dalam organisasi apapun terutama partai politik, aspek Leadership (kepemimpinan) adalah hal yang vital. Turunan dari leadership ini diantaranya adalah keteladanan”, ujar Giri.
Giri menambahkan, terjadinya kekisruhan ini akibat dari ketidakpahamannya seorang pemimpin terhadap sebuah aturan, AD/ART sebagai prinsip dasar dan panduan sebuah organisasi.
“Jika model kepemipinan di pusat seperti “X” misalnya, maka besar kemungkinan gaya atau karakter yang tak jauh berbeda akan terjadi serta dilakukan pula di daerah-daerah sebagai sub-ordinasi struktur organisasi. Terlebih jika berani melibas atau tidak mempedulikan AD/ART, ya sebagai sebuah akibat kita tidak perlu kaget jika terjadi ketidakteraturan, kisruh, chaos, karena AD/ART itu prinsipnya pondasi dasar keteraturan serta panduan yuridis suatu organisasi. Untuk itu saya katakan situasi tersebut suatu keniscayaan. Sebagai contoh, entah unik entah aneh ketika seorang Ketua Umum Partai Politik mencalonkan DPD-RI, dimana organisasi yang dipimpinnya membuka pendaftaran bagi calon-calon DPR-RI karena memang salurannya begitu berdasar undang-undang, sementara hakekatnya DPD-RI itu kan non-partisan”, ungkap Giri. (gin)