Sekolah Tatap Muka Dimulai, Tanpa Istirahat dan Membingungkan

oleh
ilustrasi pembelajaran tatap muka. (Foto: Dok iNews).

Menghadapi pandemi ini, ada tiga opsi yang ditawarkan Menteri Pendidikan Nadiem Makarim, yaitu tetap mengacu ke kurikulum nasional, menggunakan kurikulum darurat (biasanya bagi sekolah yang melakukan Pembelajaran Jarak Jauh), dan menyederhanakan kurikulum secara mandiri. Semua ini dikembalikan ke sekolah untuk menggunakan opsi yang mana tergantung dengan keadaan murid dan situasi di daerah masing-masing.Cuma apakah ada evaluasi menyangkut keberhasilan ketiga opsi tersebut? Apakah ketiga opsi tersebut masih layak dijalankan mengingat pandemi ini mustahil akan selesai dalam setahun atau dua tahun? Dan, apakah kebingungan yang ditimbulkan selama pembelajaran baik daring ataupun tatap muka karena menggunakan salah satu dari opsi yang ditawarkan? Jika iya, maka banyak perbaikan yang harus diselesaikan.

Sampai saat ini belum ada suatu ukuran yang bisa menggambarkan ketiga opsi tersebut. Padahal tahun lalu sudah ada kelulusan perdana pada masa pandemi. Bagaimana dengan nilai? Apakah banyaknya siswa yang mendapatkan nilai di atas rata-rata bisa dijadikan penentu keberhasilan penggunaan kurikulum darurat? Bukannya berniat su’udzon, kebiasaan mencontek belum bisa dihilangkan dalam kehidupan anak sekolah. Ujian tatap muka saja guru bisa kecolongan, apalagi ujian melalui daring.
Beruntung akhirnya Ujian Nasional dihapuskan, kalau tidak berapa banyak lagi anak-anak yang akan mengulang duduk di kelas yang sama bukan karena kesalahan yang mereka lakukan.***AS
(Sumber: Detikcom)