Sekolah Tatap Muka Dimulai, Tanpa Istirahat dan Membingungkan

oleh
ilustrasi pembelajaran tatap muka. (Foto: Dok iNews).

Ditambah lagi, kesulitan yang ditemui pada anak-anak karena sekolahnya menggunakan kurikulum 2013 (K13) yang lebih sulit untuk dimengerti pelajarannya dibandingkan sekolah yang masih menggunakan kurikulum Tingkat Standar Pendidikan (KTSP). Di K13 beberapa pelajaran digabungkan dalam satu sub tema, sehingga penjelasan yang dicantumkan sangatlah sedikit.

Selama daring, orangtua “tanpa ilmu” mengajar mengandalkan Google dalam mencari jawaban, bukan mencari cara untuk menyelesaikan suatu soal. Karena mengajarkan anak usia SD lebih sulit dibandingkan usia yang lebih dewasa, jadi tak jarang anak-anak hanya sekadar menyelesaikan tugas tanpa mengerti maksud pembelajaran.

Oh, ya…satu lagi, nilai standar kelulusan untuk masing-masing pelajaran sebelum dan selama pandemi tidak berubah. Bayangkan saja, selama daring anak-anak sudah kesulitan dalam menerima pelajaran dan ketika ujian mereka “dipaksa” mendapatkan nilai sesuai standar minimal yang sama dengan jika pembelajaran tatap muka. Jika tidak mencapai nilai minimal, maka remedial adalah jalan keluarnya. Begitu beratnya sistem pendidikan di Indonesia.
Membutuhkan Persiapan

Peralihan dari belajar daring ke tatap muka ternyata membutuhkan banyak persiapan. Mengingat kendala yang ditemui setiap anak selama sekolah daring sangatlah beragam. Bukan hanya masalah gawai, jaringan internet yang tidak bersahabat atau pendampingan orangtua yang tidak bisa didapatkan oleh semua anak. Tetapi juga daya tangkap anak-anak terhadap pelajaran yang diberikan juga berbeda.

Bahkan ketika saya berkesempatan mendampingi anak dalam mengikuti pembelajaran mengenai hitungan pecahan melalui video call dengan gurunya, ada seorang murid yang mengikuti pembelajaran sambil berbaring. Alasannya karena ia tidak mengerti apa yang dijelaskan oleh gurunya. Belajar matematika tanpa corat coret di papan tulis tentang cara menghitung adalah suatu kemustahilan untuk dapat dimengerti.

Melihat begitu banyaknya pelajaran yang tidak tuntas dan membingungkan selama pembelajaran daring, maka me-review pelajaran yang telah diberikan selama daring beberapa hari di awal pembelajaran tatap muka amat sangat dibutuhkan oleh murid. Adaptasi dengan teman-teman dan guru seperti layaknya anak-anak yang baru masuk sekolah pertama kali juga dibutuhkan demi kenyamanan mereka dalam belajar.
Melanjutkan pelajaran beserta tugas yang selalu dibawa pulang karena besoknya harus masuk bergantian.dengan teman yang lain hanya menambah kebingungan mereka. Bagaimana tidak, pelajaran yang lalu saja mereka masih belum mengerti, sudah diberikan tugas lanjutan dan harus diselesaikan. Hal seperti itu seakan-akan anak menjadi korban dari sekolah untuk mencapai tujuan akhir kurikulum mereka.
Dan, parahnya lagi, dampak dari kebingungan anak-anak itu mengakibatkan malasnya mereka ke sekolah dan dibuktikan oleh status Whatsapp gurunya hari ini yang mengeluhkan makin hari makin sedikit berkurang anak-anak yang masuk sekolah.
Tiga Opsi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *