BPBD Menetapkan 73 Rumah Yang Berdiri di Tubir Tebing Garut Harus Segera Relokasi

oleh
(Foto/Antara)

GARUT (Kontroversinews.com) – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut, Jawa Barat, menetapkan 73 rumah di Desa Karyamekar harus direlokasi. Rumah-rumah tersebut saat ini berdiri di tubir tebing tinggi yang setiap saat bisa longsor.

Penetapan 73 rumah itu mengikuti rekomendasi hasil kajian Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). “Sebanyak 73 unit rumah di Kampung Cipageran dan Kampung Babakan Kawung, Desa Karyamekar, Kecamatan Cilawu, harus direlokasi,” kata Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Garut, Tubagus Agus Sofyan, Jumat 19 Maret 2021.

Ia mengatakan Pemkab Garut telah menyiapkan enam tempat dan sudah diajukan untuk dikaji kondisi tanahnya yang dianggap jauh lebih aman dan layak sebagai hunian pengganti. Satu yang akhirnya dipilih yang paling aman dan layak adalah di Kampung Cipaku, Desa Mekarsari, Kecamatan Cilawu. “Artinya warga yang akan direlokasi itu harus pindah desa, tapi masih satu kecamatan, lokasinya tidak terlalu jauh hanya sekitar satu kilometer,” kata Tubagus.

Sumber :Antara

Ia menyampaikan jajarannya saat ini sedang sosialisasi daerah relokasi tersebut kepada masyarakat terdampak bahaya bencana longsor. “Kami tinggal menunggu kesepakatan masyarakat. Kalau sudah sepakat, Dinas Perkim akan segera bergerak melakukan pembangunan,” katanya.

Tubagus memperkirakan pembangunan selama enam bulan. Selama pembangunan itu masyarakat mengungsi secara mandiri di rumah saudara maupun menyewa rumah. “Kalau warga setuju direlokasi ke tempat itu, pengerjaan segera dilakukan dan warga juga ikut gotong royong agar pengerjaan bisa cepat,” katanya.

Camat Cilawu Mekarwati menambahkan berdasarkan rekomendasi dari PVMBG, daerah yang dilarang ditempati warga berada pada radius 45 meter dari titik tebing longsor. Di radius itu ke-73 unit rumah berdiri. Mereka terdiri dari 88 kepala keluarga atau 303 jiwa.

Bencana tanah longsor di Cilawu, Garut, telah terjadi sejak 2015. Pergerakan tanahnya terus terjadi hingga longsor meluas dan yang terakhir terjadi pada 12 Februari lalu dan memaksa sebagian warga mengungsi hingga kini. ***AS

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *