BPBD Akan Fokus Pada Penanganan Banjir Rancaekek, Begini Alasannya

oleh

SOREANG (Kontroversinews.com) – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung akan fokus pada penanganan banjir yang kerap melanda Kecamatan Rancaekek.

“Tapi untuk Rancaekek nampaknya lain persoalan karena sumbangan airnya dari Sumedang. Kita sekarang lebih fokus ke Sungai Cikeuruh dan Citarik. Pertama karena di sana terjadi pendangkalan sungai, kedua karena sedimentasi lumpur bawaan dari Gunung Geulis Tanjung Sari Sumedang ini cukup tinggi,” ujar Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung, H. Akhmad Djohara saat wawancara diruang kerjanya, Soreang, Senin (8/3).

Akhmad mengatakan bahwa dalam rangka penanganan banjir tersebut, maka harus ada kerjasama yang baik antara Pemerintah Kabupaten Bandung dengan Pemerintah Sumedang dan tentunya Pemerintah Provinsi Jawa Barat harus bisa menjadi fasilitatornya.

“Jangan sampai Rancaekek terus-terusan tergenang, efeknya sampai ke Tegalluar, ini sudah kami survey disamping karena sedimentasi ya terjadi pendangkalan di Rancaekek, nampaknya harus dilakukan pengerukan,” ujar Akhmad.

Sementara itu, dengan adanya sodetan Sungai Cisangkuy dari Banjaran ke Rancamanyar dan Curug Jompong dengan dua terowongan besarnya, menurut Akhmad, sudah dapat dirasakan hasilnya. Kata Akhmad, wilayah Baleendah, Dayeuhkolot sudah bisa merasakan manfaatnya.

“Titik rawan banjir, tetap kalau kita melihat pengalaman yaitu antara Baleendah, Dayeuhkolot, Bojongsoang tapi sekarang malah berpindah ke Rancaekek,” ungkap Akhmad.

Akhmad mengungkapkan bahwa bencana alam hidrometrologi ditahun 2020 itu ada penurunan atau agak landai dibanding tahun-tahun sebelumnya. Tapi di 2021 ini pihaknya tetap siaga penuh dalam rangka penanganan bencana. Kata Akhamd, saat tahun 2018 curah hujan tinggi terjadi pada Februari, tahun 2019 terjadi pada Maret, tahun 2020 terjadi pada Maret hingga April.

“Jadi memang ada siklus waktu yang cenderung maju, untuk tahun 2021 sekarang ya kita tetap siaga penuh, karena kalau dilihat dari siklus kemarin, nampaknya Maret hingga April itu ya harus siaga penuh,” jelasnya.

Dalam rangka penanganan bencana, pihaknya melakukan inventarisir peralatan dan barang-barang untuk kegiatan evakuasi, termasuk tempat-tempat pengungsian. Kata Akhmad, sudah ada koordinasi dengan pemimpin kecamatan tentang bagaimana penerapan protokol kesehatan di tempat pengungsian. Yaitu mulai dari menjaga jarak, penyediaan tempat cuci tangan dan rutin melakukan disinfektan.

“Masyarakat tetap hati-hati, karena tanda-tanda alam mulai datang, contoh seperti petir dan geledek yang sudah mulai ada, itu tanda alam yang bisa kita pelajari dari tahun sebelumnya. Jadi kalau terjadi peningkatan curah hujan, tolong hati-hati terutama masyarakat yang bermukim di perbukitan dan ada tebing disekitar rumahnya, tolong diwaspadai, kalau memang cukup berbahaya pada saat hujan besar, maka mengungsi dulu di rumah saudara atau tetangga yang lebih aman. Kami selalu siap 1×24 jam, setiap malamnya ada sepuluh orang yang melaksanakan piket,” pungkas Akhmad. (Lily Setiadarma ).***AS

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *