Akibat Pengikisan Air Sungai, Jembatan Penghubung Desa Sukawening dan Nengkelan Roboh

oleh
oleh

CIWIDEY | Kontroversinews.- Jembatan penghubung antar Desa Sukawening dan Desa Nengkelan di Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung ambruk sekitar pukul 08.15, Senin (25/3). Diperkirakan penyebab robohnya jembatan karena kondisi bawah jembatan yang sudah rusak akibat pengikisan oleh air sungai.

Kapolsek Ciwidey, AKP Ivan Taufiq mengungkapkan kerusakan jembatan yang ambruk berada di kedua bagian sisi jembatan. Atau yang menghubungkan ke badan jalan.

Menurutnya, panjang jembatan yang ambruk tersebut mencapai 10 meter dengan lebar mencapai 8 meter. Akibatnya, pengendara motor dan mobil serta pejalan kaki dari kedua desa tidak bisa melintas.

“Alhamdulillah tidak ada korban jiwa. Untuk sementara jalan tidak bisa digunakan dan bisa melalui jalur alternatif” ujarnya, Senin (25/3).

Ia mengungkapkan, jalur alternatif bisa melalui jalan Sukarame-Ciburuy dan keluar ke jalan Sukasirna. Atau bisa melalui jalur jalan Desa Mekarmaju- Awisurat, Desa Panyocokan dan Desa Nengkelan.

Menurutnya, diketahui jalan tersebut merupakan kewenangan Pemerintah Kabupaten Bandung dan sudah diketahui oleh Dinas Pekerjaan Umun dan Penataan Ruang (PUPR) dan akan segera diperbaiki langsung.

Sementara menurut Kepala Bidang Jalan dan Jembatan pada Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Kabupaten Bandung Cecep Mulyana mengatakan, saat ini pihaknya sudah menerjunkan tim ke lapangan untuk melakukan survei kondisi jembatan. Dari informasi sementara, lanjut dia, jembatan itu merupakan jembatan lama. Bahkan, kata dia, jika dilihat dari konstruksi jembatan bukan termasuk standar konstruksi bina marga.

“Diduga jembatan itu dibangunnya jaman dulu, sudah lama. Itu bukan produk kita, bahkan bukan standar kebinamargaan. Kami sudah menerjunkan tim ke lapangan. Nanti setelah survei dilakukan, maka kita akan pelajari hasil temuan lapangan itu,” ucap dia.

Jika kondisi dianggap memungkinkan, lanjut dia, pihaknya pun segera mengambil upaya-upaya penanganan sementara. Hal itu dilakukan agar mobilitas warga tidak terhambat. “Bisa juga kita antisipasi dengan membangun dulu jembatan darurat. Namun, antisipasi ini tetap harus mengacu pada hasil survei di lapangan,” ungkap dia. (Lily Setiadarma )

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *