Temuan Kadar Nitrit MBG di Bandung Barat, 4 Kali Batas Aman Racun Yang Dilindungi Proyek Korup

- Pewarta

Sabtu, 4 Oktober 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Uha Juhana, Ketua LSM Frontal

Uha Juhana, Ketua LSM Frontal

Kuningan, Kontroversinews | Program mercusuar Makan Bergizi Gratis (MBG), yang katanya bakal mengangkat derajat gizi 82,9 juta anak sekolah dari kubangan stunting, kini terbukti jadi racun mematikan. Data media Kompas edisi tanggal 3 Oktober 2025 menggebrak: kadar nitrit pada menu MBG di kabupaten Bandung Barat—melon dan lotek—mencapai 3,91 mg/L dan 3,54 mg/L, nyaris empat kali batas aman EPA (1 mg/L). Hasilnya? 1.315 anak siswa terkapar dengan kondisi mual, muntah, pusing, lemas, bahkan sesak napas. Ini bukan lagi kegagalan biasa—ini kejahatan terorganisir yang disembunyikan dibalik anggaran triliunan dan air mata buaya.

Jangan salah, nitrit ini bukan datang dari angin. Investigasi awal menunjukkan dua penyebab utama: pertama, penggunaan pengawet berlebihan untuk mengawetkan makanan yang dimasak malam hari dan disantap siang—logika bodoh yang mengorbankan anak-anak. Kedua, proses memasak suhu tinggi yang mengubah nitrit jadi nitrosamin, senyawa karsinogenik yang memicu kanker lambung dan pankreas.

Garam, yang jadi pemicu tambahan nitrit dari nitrat alami dalam sayur, malah diperparah lagi dengan penyimpanan distribusi yang amburadul. Ini bukan gizi—ini adalah bom waktu yang lambat laun sengaja dilempar ke perut anak bangsa!

Jika mencurigai adanya sabotase ya wajar. Anggaran Rp 71 triliun cuma terserap Rp 13 triliun dengan sisanya Rp 58 triliun lenyap entah ke kantong siapa. Di balik dapur SPPG (Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi), konon ada tangan kuat—yang membuat kritik ditolak mentah-mentah.

Bukan kebetulan kalau menu ultra-processed (nugget, sosis) yang kaya nitrit dan digoreng dengan suhu tinggi jadi andalan MBG. Ini bukan soal ketidaktahuan—ini soal keserakahan yang melindungi proyek politik, bukan niat untuk memberikan makanan bergizi untuk anak. Sejak bulan Januari total korban keseluruhan secara nasional sudah mencapai 5.626 anak siswa sekolah, dan tragedi memilukan Bandung Barat cuma puncak gunung es dari skandal ini!

Wakil Kepala BGN, Nanik S Deyang, menangis dan meminta maaf pada tanggal 26 September lalu, tapi itu cuma drama murahan. Janji adanya sertifikasi SLHS dan evaluasi dapur tidak akan berarti apa-apa kalau akar masalahnya dibiarkan—korupsi dan kompetensi nol.

Bandingkan dengan Korea, Cina, atau Amerika, dimana kantin sekolah berdiri mandiri, chef terlatih, dan inspeksi kesehatan rutin menjadi standar. Di sana, makan bukan di kelas sembarangan, tapi di ruang khusus yang terjamin higienis—tanpa embel-embel proyek balas jasa kampanye. Kenapa kita tidak bisa meniru mereka, malah memilih racun berkedok gizi?

Solusinya sederhana tapi harus radikal: HENTIKAN MBG SEKARANG! Serahkan proses masak untuk anak-anak kita kepada sekolah masing-masing—negara cukup menggelontorkan anggaran dan melakukan monitor ketat. Dapur sekolah diawasi kepala sekolah atau orang tua atau melalui kerjasama dengan koperasi sekolah misalnya akan jauh lebih baik.

Kalau ada kasus keracunan, evaluasi langsung ke sekolah, bukan SPGG yang kebal kritik. Bangun kantin sederhana di setiap sekolah, buat SOP ketat: masak harian dengan bahan makanan segar, nol pengawet berlebih, dan cek laboratorium rutin. Anggaran yang sekarang mubazir bisa dipakai untuk membangun proyek infrastruktur atau program lain terkait pemenuhan layanan dasar.

Pihak sekolah punya tanggung jawab besar kepada murid dan para orang tua—mereka takut kalau anak siswa terkena racun, berbeda dengan pejabat SPPG yang cuma takut kena audit. Koperasi sekolah bisa untung, menggali potensi lokal, dan anak-anak bisa makan dengan aman tanpa rasa was-was.

Tapi kalau pemerintah terus keras kepala dan membabi buta menjalankan MBG, ini bukan lagi soal gizi—tapi soal niat jahat yang menyamar di balik janji manis. Publik harus bangkit untuk memberikan tekanan. Cukup sudah anak-anak generasi penerus bangsa menjadi korban kelinci percobaan. Waktunya selamatkan masa depan bangsa! ***

Berita Terkait

Kang Oos Supyadin: Pembangunan Infrastruktur Jabar Selatan adalah Kebutuhan Mendesak
Membangun Kualitas Pendidikan Indonesia: Tantangan Dan Solusi.
Etika dan Moral dalam Dinamika Jabatan
Menjaga Warisan Leluhur: Peran Kesultanan dalam Kedaulatan Nusantara
Rakyat Kecil dan Kekuasaan yang Tak Pernah Ramah
Korupsi Sistematis Tak Mungkin Sendirian: Jangan Jadikan AG Kambing Hitam
Peran PGRI Dipertanyakan Saat Guru Terjerat Hukum
Nikah Siri Berpotensi Pidana, Pejabat Politik Bisa Diberhentikan

Berita Terkait

Sabtu, 4 Oktober 2025 - 12:54

Temuan Kadar Nitrit MBG di Bandung Barat, 4 Kali Batas Aman Racun Yang Dilindungi Proyek Korup

Rabu, 17 September 2025 - 20:25

Kang Oos Supyadin: Pembangunan Infrastruktur Jabar Selatan adalah Kebutuhan Mendesak

Minggu, 31 Agustus 2025 - 20:53

Membangun Kualitas Pendidikan Indonesia: Tantangan Dan Solusi.

Kamis, 24 Juli 2025 - 14:36

Etika dan Moral dalam Dinamika Jabatan

Kamis, 24 Juli 2025 - 10:01

Menjaga Warisan Leluhur: Peran Kesultanan dalam Kedaulatan Nusantara

Berita Terbaru

REGIONAL

Proyek Hotmix di RW 05 Desa Pangguh Diduga Bermasalah

Jumat, 3 Okt 2025 - 17:41