CIREBON, (Kontroversinews), – Sejarah mbah buyut jamsari tidak lepas dari sejarah berdirinya Desa Kenanga yang kini menjadi Kelurahan Kenangan Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa Barat, sebelum bernama Kenanga, dahulu desa/kelurahan tersebut bernama Desa Pondok Pari. bunga kenanga dan tumbuhan padi yang dalam bahasa cirebon disebut pari, adalah dua tumbuhan yang mempengaruhi nama desa pondok pari menjadi desa kenangan dan sekarang menjadi kelurahan kenanga. sejarah awalnya tidak lepas dari peran serta para orang sakti saat itu, saat cirebon masih bernama caruban dan di pimpin oleh Raden Walangsungsang putra pertama dari Prabu Siliwangi raja dari Kerajaan Pakuan Padjajaran. Raden Walangsungsang sendiri lebih di kenal dengan sebutan nama Mbah Kuwu Cirebon, pada saat itu mbah kuwu mempunyai 3 orang murid yang bernama Ki Wirayuda, Ki Lebak Sunan Winara, dan Ki Singa Gembala. salahsatu dari ketiga murid tadi lah yang konon katanya mempunyai julukan Ki Jamsari, yang setiap tahunnya di adakan Haul atau peringatan atas wafatnya beliau di Makbaroh atau Makam beliau yang berada di Blok Jamsari RT 03 RW 06 Kelurahan Kenanga Kecamatan Sumber.
Acara Haul yang seyogyanya dilaksanakan setiap bulan syawal mulud, kali ini di majukan. karena tahun 2023 kemarin tidak dilaksanakan, dan baru tahun ini bisa diselenggarakan. ratusan bahkan ribuan orang biasanya akan membanjiri acara haul tersebut, mereka rata-rata para keturunan dan anak cucu buyut dari murid Ki Jamsari sendiri. haul yang biasa di adakan 2 malam berturut-turut, kali inipun sama, di mulai dari hari Senin malam Selasa tanggal 22 Januari hingga Selasa malam Rabu 23 Januari 2024 nya. dan acara tahun ini di isi dengan berbagai kegiatan seperti, ziarah bersama ke Pesanggrahan Kramat Mbah Buyut Jamsari, ramah tamah, pembacaan ayat-ayat suci Al-qur’an, sosial syukuran (makan-makan bersama), dan puncak acara yakni Haul dan do’a bersama. selain acara Haul Mbah Buyut Jamsari atau Ki Jamsari, dibarengi juga dengan acara haul-haul lain seperti Haul Lembaga & Majelis Dzikir An-nurul Burhany Jamsari, Haul Majelis Dzikir Hadiyu Jamsari, dan Haul Pondok Pesantren Fathul Qur’an Jamsari.
Ditemui di sela-sela kesibukan menjelang acara Haul, Raden Muhammad Yahya Jaya atau yang akrab disapa Kang Jaya selaku Panglima Besar Laskar Adat Laskar Kuda Putih Kasultanan Cirebon yang juga menjadi panitia acara mengatakan kepada wartawan media ini. bahwa sejatinya para anak cucu buyut dari Ki Jamsari adalah masyarakat yang memegang teguh adat istiadat yang disebut sebagai masyarakat adat, mempunyai kewajiban untuk mempertahankan nilai-nilai warisan budaya dan adat istiadat. “kita para anak cucu buyut keturunan dari Ki Jamsari mempunyai kewajiban untuk menjunjung tinggi budaya dan adat istiadat kearifan lokal, jangan sampai kita sebagai keturunan menjadi lupa akan asal-usul sejarah nenek moyang sendiri. dan acara haul ini adalah sebagai bentuk perwujudan tekad kita dalam mempertahankan nilai-nilai sejarah, adat, dan budaya cirebon agar tidak tergerus oleh jaman. semoga acara haul ini berjalan dengan lancar tanpa ada halangan yang berarti” pungkas Pangbes laskar adat laskar kuda putih kasultanan kasepuhan cirebon sekaligus panitia haul. (Kusyadi)