Tanggal Perayaan Paskah Selalu Berubah Setiap Tahun, Ini Alasannya

oleh
(pixabay.com)

BANDUNG (Kontroversinews.com) – Peringatan Paskah, tradisi Kristiani yang paling tua adalah perayaan bangkitnya Yesus Kristus, tiga hari setelah disalib. Namun setiap tahun, perayaan Paskah jatuh pada tanggal yang berbeda dan selalu menjadi isu kontroversi yang memecah Gereja sampai sekarang.

Empat bagian Injil – Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes – melaporkan kematian Yesus Kristus saat hari Paskah umat Yahudi, namun masing-masing menyebut tanggal yang berbeda. Yohanes menyebut penyalipan terjadi pada saat Paskah sendiri yaitu pada hari keempat belas setelah muncul bulan pertama pada titik awal musim semi, menurut kalender Ibrani.

Namun menurut Matius, Markus dan Lukas, Yesus masih menikmati jamuan Paskah dan disalib satu hari kemudian, pada hari kelima belas setelah bulan pertama muncul. Jadi hanya beberapa generasi setelah kematian Yesus, perbedaan telah muncul untuk memperingati kematian dan kebangkitannya.

Terkadang, Paskah dirayakan pada akhir Maret, namun pernah juga akhir April. Pada 2021, Paskah diperingati pada 4 April, sementara pada tahun 2019, Paskah jatuh pada tanggal 21 April.

Mengutip dari Sindonews, Paskah akan jatuh lagi pada minggu ketiga April pada tahun 2038. Paskah selalu jatuh pada hari Minggu pertama setelah bulan purnama menyusul titik awal musim semi. Namun bulan purnama ini bukan dihitung berdasarkan astonomi modern. Untuk tujuan penghitungan Paskah, titik balik atau hari pertama musim semi selalu dihitung pada 21 Maret.

Dan untuk tahun 2021, hari Minggu pertama setelah 21 Maret adalah 28 Maret, dan karena itu Paskah jatuh pada 4 April. Dengan perhitungan ini, berdasarkan titik balik musim semi tanggal 21 Maret, paskah tercepat bisa terjadi pada tanggal 22 Maret.

Ini pernah terjadi pada tahun 1818. Penghitungan computus Metode untuk menghitung tanggal Paskah disebut ‘computus’, dari bahasa Latin yang berarti kalkulasi. Hal ini merupakan isu besar pada zaman pertengahan dan masih belum selesai sampai sekarang.

Paskah menandai tanggal kematian Yesus dan kebangkitan kembali, yang menurut Injil, jatuh pada seputar Paskah Yahudi. Seperti halnya Paskah Yahudi, tanggal untuk menandai kebangkitan Yesus dihitung dengan menggunakan kalender bulan, atau berdasarkan siklus bulan. Saat itu perhitungan berdasarkan siklus bulan menggunakan berbagai cara. Berbagai kelompok Kristen ketika itu tidak sepakat dengan tanggal perayaan Kebangkitan. Sebagian merayakan pada Paskah Yahudi itu sendiri, sebagian pada hari Minggu.

Pada tahun 325, Kaisar Konstantin mengorgansir pertemuan Dewan Nicea, dewan pertama Gereja Kristen. Selain membicarakan isu lain, Dewan itu ingin menyelesaikan polemik tanggal Paskah.

Saat itu ditetapkan semua umat Kristen harus merayakan Paskah pada hari Minggu pertama setelah bulan pertama pada atau setelah titik awal musim Semi. Isu ini sempat mengendap, namun berbagai tradisi tetap melakukan perhitungan dengan cara berbeda.

Pada 2009, masalah ini bahkan didiskusikan di Dewan Gereja Dunia, World Council of Churches, dengan usulan agar adanya tanggal tetap untuk menyelesaikan masalah ini. Namun tidak semua Gereja sepakat. Jadi sejak itu, isu menetapkan tanggal paling penting dalam kalender Kristiani tersebut masih terus berlanjut – lebih dari 2.000 tahun setelah semua umat Kristen meyakini dan sepakat bahwa Yesus bangkit dari kematian.***AS

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *