AS (Kontroversinews.com) – Presiden terpilih Iran, Ebrahim Raisi, menunjukkan posisi garis keras dengan menolak untuk merundingkan program rudal balistik maupun dukungan Iran untuk milisi regional. Raisi juga secara tegas menolak untuk bertemu dengan Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden.
Seperti dilansir Arab News dan Associated Press, Selasa (22/6/2021), Raisi dalam konferensi pers pertama sejak memenangkan pemilu Iran pekan lalu, menjanjikan untuk menyelamatkan Kesepakatan Nuklir Iran demi mengamankan pelonggaran sanksi-sanksi AS yang menghancurkan perekonomian Iran.
Namun dia mengesampingkan adanya pembatasan apapun terhadap kemampuan rudal Iran dan dukungan Iran untuk milisi regional — di antara masalah lain yang dipandang oleh AS sebagai kekurangan dari kesepakatan nuklir yang ingin dibahas pemerintahan Biden.
“Itu tidak bisa dinegosiasikan,” tegas Raisi merujuk pada program rudal balistik Iran.
Dia menambahkan bahwa AS ‘wajib mencabut semua sanksi-sanksi yang menindas terhadap Iran’.
Lebih lanjut, Raisi menyatakan bahwa kebijakan luar negeri Iran tidak akan terbatas pada kesepakatan nuklir. “Semua sanksi-sanksi AS harus dicabut dan diverifikasi oleh Teheran,” tegas Raisi dalam pernyataannya.
Sebelumnya, negara-negara Teluk menyatakan akan berbahaya untuk memisahkan pakta nuklir dari program rudal Iran dan perilaku ‘mendestabilisasi’ Iran di kawasan Timur Tengah.
Armada pesawat tempur Iran sebagian besar berasal dari sebelum Revolusi Islam tahun 1979, yang memaksa Iran untuk berinvestasi dalam rudal sebagai pelindung melawan negara-negara tetangga di kawasan Arab yang diketahui memiliki perlengkapan militer buatan AS senilai miliaran dolar selama bertahun-tahun.
Rudal-rudal milik Iran, dengan batas jangkauan hingga 2.000 kilometer, disebut bisa menjangkau kawasan Timur Tengah dan pangkalan militer AS di kawasan itu.