JAKARTA (Kontroversinews.com) – anyak orang yang gemar makanan manis hingga tak bosan-bosan dengan sajian kolak, es campur, atau es blewah, atau sajian buka puasa yang manis lainnya. Namun, lain halnya jika Anda bukan penggemar makanan manis, tentu rasanya bosan dan ingin mencoba menu dengan cita rasa berbeda.
Tidak salah jika mulai mencoba bertransisi dari menu manis ke menu gurih yang sama-sama enak. Pastikan menu takjil yang Anda pilih rendah kandungan gula tambahan, dan tinggi serat.
Berikut beberapa menu takjil tidak manis yang bisa Anda pilih.
1. Sup
Meski kedengarannya tidak seperti menu takjil, sup banyak dikonsumsi di negara Timur Tengah sebagai menu berbuka puasa yang ringan.
Seperti dikutip British Nutrition Foundation, sup tradisional yang biasa dikonsumsi di negara-negara Timur Tengah terbuat dari kaldu daging berisi kacang-kacangan, biji-bijian, sayuran hijau seperti brokoli, dan wortel. Kuahnya disajikan bening tanpa santan.
Makan semangkuk sup bening berisi sayuran rasanya tidak salah untuk jadi menu berbuka Anda. Selain mengandung serat yang baik untuk kesehatan pencernaan, kandungan kacang-kacangan seperti kacang merah, kacang lentil, juga mengandung karbohidrat kompleks yang dapat membantu mengisi energi dalam tubuh.
2. Gado-gado
Rasanya sulit menolak salad tradisional satu ini, apalagi jika Anda pecinta sayuran rebus.
Gado-gado merupakan makanan khas DKI Jakarta. Isinya berisi ragam sayuran seperti kubis, kol, kacang panjang, tauge, kentang, yang direbus, ditambahkan mentimun, tahu, telur, dan kuah kacang. Menu ini kaya serat dari sayuran dan juga mengandung protein yang berasal dari tahu dan telur.
Selain gado-gado, Anda juga mungkin bisa menikmati lotek. Sajian khas Jawa Barat ini memiliki visual yang mirip dengan gado-gado, hanya saja kuah kacang lotek lebih manis dan biasanya diberikan tambahan kencur dan tempe yang diulek bersama kacang. Pilih yang manapun, keduanya sama-sama nikmat di lidah.
3. Singkong rebus
Singkong rebus sudah dikenal memiliki banyak manfaat. Singkong rebus juga sudah dikonsumsi oleh orang Indonesia bahkan sebelum era kolonial.
