“Inisiatif Desa Tangguh dan Jogo Tonggo adalah contoh virus baik yang menular. Inisiatif yang
secara harfiah berarti menjaga tetangga Anda adalah inspirasi Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyrakat berskala Mikro (PPKM Mikro). Dengan sebutan yang bervariasi di 34 provinsi, semangat yang sama untuk saling peduli dan mengawasi, atau bahkan saling merawat anggota masyarakat membutuhkan telah meluas di seluruh pelosok negeri,” ungkap dr. Reisa.
Ia juga memaparkan beberapa upaya pemerintah yang terus mencari cara untuk mencegah lebih banyak kematian dan memastikan masyarakat semakin aman dari ancaman virus.
Kapasitas pengujian sampel (testing) telah meningkat dari 10 ribu menjadi lebih dari 50.000 sampel setiap hari. Jumlah laboratorium telah berkembang menjadi sekitar 800 laboratorium di seluruh negeri.
Peningkatan tersebut, menurutnya, dimungkinkan dengan dukungan dari puluhan ribu tracers atau petugas pelacak kasus yang merupakan gabungan dari tenaga Kesehatan, dan polisi dan prajurit TNI.
“Ribuan relawan juga direkrut dan dilatih untuk mendukung tracing, dan berbagai tugas yang biasa diemban tenaga Kesehatan. Mereka bertugas mulai dari penyedia layanan kesehatan tingkat terendah, seperti puskesmas sampai dengan di rumah sakit-rumah sakit rujukan,” tulis dr. Reisa.
Sejak Januari 2021, pemerintah memiliki hampir 1000 rumah sakit rujukan, 10 kali lebih banyak daripada kondisi di fase awal pandemi. Selain rumah sakit, Kementerian Kesehatan telah menambah lebih dari 8500 tenaga kesehatan untuk memperkuat pelayan Kesehatan saat ini. Pasukan tambahan ini terdiri dari dokter umum, spesialis, perawat dan staf pendukung lainnya.
Namun, harus juga diingat bahwa pandemi tidak hanya mempengaruhi mereka yang tertular. Menurut dr. Reisa, yang berdiam diri di rumah, rajin memakai masker dan cuci tangan pakai sabun sesuai anjuran juga tetap terdampak.
“Kesulitan ekonomi melanda keluarga Indonesia ditambah dengan tantangan psikologis baru membantu anak-anak belajar online sambil berkerja secara daring. Dengan segala keterbatasan akses ke sekolah dan perubahan pola perilaku hidup, termasuk berubahnya pola asupan gizi, anak-anak dan populasi rentan lainnya juga dihadapkan dengan risiko kesehatan lainnya diluar Covid-19,” sambungnya.