SOREANG | Kontroversinews – H. Bambang Budi Raharjo (63) tak menyangka anak asuhnya, Mayor Inf Yoni melakukan aksi heroik di negara orang lain. Aksi heroik Yoni yang berhasil membebaskan Sarah, seorang dokter kewarganegaraan Amerika Serikat yang disandera selama 16 hari oleh para bandit bersenjata di Ake Village, 10 KM dari SCD Lulimba, Kongo, membuatnya bangga.
Yoni, kata H. Bambang , yang merupakan putra daerah Kabupaten Bandung itu kini menjadi Pasukan Garuda yang tergabung dalam Satgas TNI Konga 39-B Rapid Deployable Battalion (RDB) Mission de lOrganisation des Nations Unies pour La Stabilisation en République Démocratique du Congo (MONUSCO). Yoni bahkan menjadi Komandan Static Combat Deployment (SCD) Lulimba.
“Bangga sekali. Anak asuh saya ini bisa memimpin pembebasan tawanan sandera di Kongo,” kata pria 63 tahun yang tinggal di Kopo Permai, Blok AA Nomor 2, Kabupaten Bandung ini.
H. Budi mengaku baru tahu kalau anak asuh nya berhasil memimpin pasukannya menyelamatkan WNA itu pada Minggu 26 Juli 2020. Itu pun setelah istrinyamemberi tahu ada tayangan di TV nasional.
“Tapi saat saya cek di YouTube ternyata ada,” katanya.
Menurut H. Budi, Yoni lahir dan tinggal di Kampung Cimilik, Desa Cukang Genteng, Kecamatan Pasirjambu. Yoni sendiri lulus AKMIL Magelang pada tahun 2007, setelah menyelesaikan sekolah kemiliterannya selama empat tahun.
Selama mendaftar, kata dia, Yoni sama sekali tak mengeluarkan uang sepeser pun. Yoni berangkat mendaftar sebagai calon perwira saja hanya berbekal doa, fotocopy ijazah, dan sejumlah persyaratan administrasi
H. Budi bercerita, Yoni mulai diasuh olehnya setelah lulus SD. Yoni kemudian disekolahkan Bambang hingga lulus SMA dan akhirnya mendaftar sebagai calon perwira TNI AD. Sebetulnya, Bambang lebih dulu mengasuh Rahma Wijaya, kakak Yoni. Sebulan kemudian, barulah Yoni yang ikut untuk diasuh oleh Bambang.
“Awalnya kakaknya yang saya jadikan anak asuh terlebih dulu. Baru Yoni sebulan kemudian. Kedua anak ini saya asuh karena orang tuanya sudah tidak punya biaya untuk menyekolahkan. Padahal kedua anak asuh saya ini semangat sekali tekadnya untuk mengenyam pendidikan,” kata bapak tiga anak ini.
Kata H. Budi, Yoni kecil memang sudah gemar berolahraga. Posturnya tubuhnya pun sudah terlihat kekar sedari kecil. Akibat gemar berolahraga, menjadikan kulit Yoni menjadi gelap. Itu sebabnya H.Budi kerap memanggil Yoni dengan sebutan si Hideung. Sebab, dari tiga anak asuhnya, hanya Yonilah yang berkulit gelap. Yoni pun sangat rajin mengaji, meski memang sedikit bandel. Namun ia memaklumi itu karena Yoni masih kecil dan Yoni adalah anak laki-laki.
Namun di balik semua itu, Budi mengaku sudah memiliki firasat jika Yoni kecil akan menjadi seorang tentara dengan karir yang sukses kelak saat dewasanya. H. Budi mengaku bahkan sempat berbisik kepada kedua orang tua Yoni saat akan menitipkan Yoni kepada dirinya.
“Saya berbisik begini, ‘sugan weh jadi tentara’ (siapa tahu nanti jadi tentara). Ternyata, ucapan dan doa saya dikabulkan Allah. Yoni sekarang sudah jadi tentara. Berprestasi dan dia adalah putra daerah. Saya sangat bangga sekali. Orang tuanya juga sangat bangga. Apalagi Yoni memang dari kecil anaknya pemberani, ulet, dan prihatinnya tinggi sekali,” kata H. Budi
Sewaktu mendidik Yoni, H.Budi mengaku tak pernah membeda-bedakan dengan ketiga anak kandungnya. Perlakuannya yang ia berikan sama. Disiplin, mengajarkan perilaku prihatin menjadi kunci H.Budi mendidik anak-anaknya, termasuk ketiga anak asuhnya itu. Sebab, disiplin dan prihatin menjadi tonggak pendidikan yang diajarkan kedua orang tua H. Budi kala mendidik dirinya saat kecil.
“Saya ikuti pola mendidik orang tua saya dulu. Kenapa? pola mendidik orang tua saya dulu yang membuat saya seperti ini. Lima kali menjabat sebagai pejabat eselon II di Pemkab Bandung,” kata dia.
Meski hanya anak asuh dan kini sudah menjadi orang yang terbilang cukup sukses, kasih sayang Yoni kepada Budi dan keluarga tak meluntur. H. Budi bahkan mengaku merasa menjadi orang tua kandung Yoni. Begitupun sebaliknya. Tiap libur maupun cuti, baik saat berdinasi di Kodam III/Siliwangi maupun saat menjabat Wadanyon Infanteri di Blora, Yoni selalu menyempatkan diri mengunjungi H. Budi. Komunikasi melalui telepon pun tidak pernah terputus.
“Kalau libur atau cuti, malah sempat bilang ingin menginap di rumah saya sebelum di rumah orang tuanya. Saya larang itu. Kewajibannya harus ke orang tua kandung dulu, baru kalau mau menginap di saya, baru di perbolehkan. Lucu juga. Soalnya saat mengenalkan calon istri saja dia malah ke saya dulu. Saya tegur itu si Yoni. Tapi ya karena sudah di rumah, bagaimana lagi,” kata dia.
H. Budi yakin jika karir Yoni di kemiliteran akan bersinar. Apalagi Yoni memang mendedikasikan jiwa dan raganya kepada Indonesia. Ia percaya jika Yoni akan menjaga reputasinya sebagai prajurit TNI.
“Saya sempat telepon dia, dan saya berpesan ke dia, untuk terus berhati-hati. Kalau cacat (reputasi) akan terbawa terus. Jangan sampai membuat kesalahan yang fatal. Reputasi harus dijaga, karena reputasi mahal harganya,” kata dia menyudahi ceritanya.
Sementara itu Ustaz Sariman, anak asuh pertama Budi turut bangga dengan torerhan karir Yoni. Ia tak menyangka Yoni bisa sesukses ini di dunia kemiliteran.
“Saya ingat, bapak sering kali memanggil Yoni dengan sebutan si Hideung. Itu sebuatn kasih sayang bapak. Alhamdulillah, sekarang si Hiedung sudah jadi komandan. Masya Allah, Subhanallah, Walhamdulillah, Allahuakbar, kami semua sekeluarga bangga sama Yoni,” ujar ustaz yang memiliki channel YouTube Komunitas Bebas Riba Bebas Utang BRBU ini. ( Lily Setiadarma )