Bahayanya Konsumsi Alkohol Mulai Dari Coba-coba Sampai Kecanduan

oleh
Ilustrasi Alkohol

JAKARTA (Kontroversinews.com) – Alkohol adalah salah satu zat adiktif yang dapat menyebabkan kecanduan dan berdampak buruk bagi kesehatan tubuh.

Menurut Dr. dr. Kristiana Siste, Sp.KJ(K) dari Departemen Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) seseorang peminum alkohol atau minuman keras (miras) tidak serta merta kecanduan dalam satu kali minum, dikutip dari Liputan6.

“Penggunaan alkohol sendiri memang ada kontinumnya tidak langsung kecanduan,” ujar Siste dalam seminar daring Medicine FKUI, ditulis Jumat (19/3/2021).

Kontinum atau tahapannya diawali dengan coba-coba, kemudian berkembang menjadi minuman yang perlu dikonsumsi ketika berkumpul bersama teman-teman dalam rangka bersenang-senang. Konsumsi alkohol selanjutnya berkembang ke tahap reguler. Dalam tahap ini peminum mulai rutin meminum alkohol misalnya di setiap akhir pekan.

Intensitas minum alkohol pun terus berkembang menjadi kebiasaan. Di tahap kebiasaan, peminum dapat mengonsumsi alkohol misalnya tiga kali dalam seminggu. Pada akhirnya, dari tahap kebiasaan itu sampailah peminum pada tahap kecanduan.

“Kalau seseorang telah mengalami kecanduan, maka orang tersebut akan menggunakan zat itu secara berlebihan dan tidak bisa terkontrol.”

Siste menambahkan, pada tahap kecanduan, seseorang tidak dapat mengontrol konsumsi alkohol baik secara jumlah maupun waktu mengonsumsinya.

“Misal, pada saat bangun tidur, yang terpikir adalah menggunakan alkohol sehingga ada gejala lain yang disebabkan yaitu toleransi sehingga semakin lama jumlah penggunaannya semakin meningkat dan semakin sering.”

Salah satu gejala yang tampak akibat kecanduan alkohol adalah gejala putus alkohol, lanjut Siste.

Selanjutnya Gejala Putus Alkohol. Gejala putus alkohol adalah gejala yang dirasakan oleh pecandu jika tidak mengonsumsi alkohol dalam waktu tertentu.

“Gejala putus alkohol yaitu terjadi gangguan pada fisik, merasa tidak enak badan, merasa sakit seluruh tubuh, dan juga gejala emosi menjadi agresif dan marah-marah.”

Gejala ini juga ditandai dengan gangguan fungsi sehari-hari, tidak bisa menjalankan kegiatan secara optimal baik di bidang akademik maupun di lingkungan kerja.***AS

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *