Akibat Pandemi Covid 19, Bahan Baku Kubah Sulit Diperoleh

oleh
Agen penjual kubah milik.Yoga  yang beralamat di Kampung Simpang, RT 01, RW 16, Desa Panundaan Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung

CIWIDEY | Kontroversinews – Dengan adanya pandemi Virus Corona (Covid 19) membuat pedagang kubah mesjid gelisah. Pasalnya lebaran tahun 2020 ini, penjual kubah hanya bisa mendapatkan dua pesanan. Hal tersebut berbeda dari tahun sebelumnya.

Seorang penjual kubah masjid, Yoga Yogaswara, mengungkapkan kegelisahannya. Pasalnya, lebaran tahun 2020 dirasa tak sama dengan lebaran pada tahun sebelumnya. Yoga mengatakan bahwa hanya ada dua pemesan kubah pada lebaran tahun 2020 ini. Hal tersebut disebabkan oleh adanya pandemi Virus Corona (Covid 19).

“Sebelum lebaran banyak pengurus masjid yang memesan kubah, karena biasanya saat lebaran akan ada pembaharuan kubah masjid,” ungkap Yoga di Ciwidey, Rabu (13/5).

Karena kubah masjid yang dijual Yoga berasal dari luar kota, maka dengan adanya pandemi Virus Corona (Covid 19) membuat pengiriman bahan menjadi terhambat. Adapun tenaga ahli kubah masjid tersebut berasal dari luar daerah seperti Yogyakarta, Semarang dan Pati. Oleh karena itu, dibulan Ramadan tahun ini, Yoga beralih menjadi pembuat kaligrafi, karena memang tenaga ahlinya mudah ditemukan.

“Tetapi yang menjadi hambatan lainnya yaitu bahan bakunya yang juga sulit diperoleh,” lanjut Yoga.

Sebelumnya, Yoga sempat mengenyam pekerjaan sebagai karyawan salah satu bank swasta di Kabupaten Bandung. Namun, sejak 2013 silam, Yoga memutuskan keluar dari pekerjaannya dan beralih profesi sebagai agen penjual kubah yang bertempat di Kampung Simpang, RT 01, RW 16, Desa Panundaan Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung.

Keputusan tersebut diakuinya diambil karena bisnis jual kubah saat itu yang bagus. Dirinya mengatakan bahwa kubah ukuran kecil bisa dihargai ratusan ribu. Namun untuk ukuran satu meter dihargai Rp 2.5 juta, hingga ukuran sepuluh meter dibanderol dengan harga Rp 20 juta yaitu kubah panel. Pembuatan kubah yang masih manual membuat harganya relatif mahal.

“Tetapi setelah adanya pandemi ini, pendapatan dari kubah turun sampai 98 persen,” pungkas Yoga.  (Lily Setiadarma)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *