Sering salah, Ini Cara Membeda Antara Pujian dan Pelecehan

oleh

BANDUNG (Kontroversinews.com) – Pernahkah kita mengalami kejadian di mana pujian yang kita lontarkan disalahartikan, dan dianggap sebagai penghinaan, atau bahkan pelecehan verbal? Atau mungkin sebaliknya, kita merasa mendapat pelecehan padahal mungkin orang yang mengutarakannya bermaksud memuji? Keadaan semacam ini bukan jarang terjadi.

Pasalnya, entah pujian atau pelecehan amat bergantung pada kesan yang ditangkap si penerima. Ucapan seksis -misalnya, belakangan disebut kerap hadir di ranah online. Padahal, boleh jadi kalimat yang dituliskan atau dilontarkan seseorang sebenarnya untuk pujian. Yang pertama perlu disadari adalah, apakah orang yang melontarkannya memang ingin menggoda? Atau, ternyata hal itu terjadi karena kekurangpahaman saja?

Nah, banyaknya fenomena ini menunjukkan tak sedikit orang yang tak menyadari ucapan seksis bisa dikategorikan sebagai pelecehan. Ujaran semacam ini memberikan perasaan tidak nyaman pada pendengarnya alih-alih merasa tersanjung.

Mengutip dari Kompas, tak sedikit pula orang yang kerap “dipaksa” untuk terbiasa menerima ucapan tersebut dengan dalih pujian. Bukan hanya wanita, pria juga sering menjadi objeknya. Di sisi lain, seperti disinggung di atas, banyak orang yang secara tidak sadar melontarkan ucapan yang tergolong dalam pelecehan seksual ini.

Untuk memastikan tidak membuat kesalahan semacam ini, berikut ini adalah cara mengetahui apakah kalimat kita termasuk pujian atau pelecehan:

1. Cocok disampaikan pada orang terdekat

Cara mudah membedakan pujian dengan kalimat seksis adalah dengan mengenali apakah kalimat atau kata yang kita ucapkan bisa dilontarkan pada teman dekat atau pun keluarga. Misalnya, kita bisa membayangkan bahwa kata atau kalimat itu bisa kita katakan pada kakak, adik, atau teman akrab lainnya.

Sebab, pujian ‘kan bisa disampaikan kepada semua orang, termasuk orang tersayang, bukan? Jadi, jika kalimat yang ingin kita sampaikan itu juga bisa dikatakan pada orang terdekat, maka itu tidak termasuk kategori harassment.

2. Tujuannya membuat orang lain senang

Pujian seharusnya membuat orang merasa tersanjung dan senang. Jadi, jika malah memunculkan perasaan takut atau direndahkan maka ucapan itu tergolong sebagai pelecehan. Pelecehan sangat kuat relasinya dengan perasaan berkuasa sehingga kerap kali dilontarkan untuk membuat orang merasa lemah dan takut.

3. Tidak memiliki tujuan khusus

Seperti dikutip dari laman Bustle, disebutkan, jika kita mencoba mendapatkan reaksi dari seseorang setelah memujinya, maka hal itu bukanlah sanjungan sesungguhnya. Sebab, terbukti ada motif tertentu yang dimaksudkan dari kalimat tersebut. Jadi jika kita mengucapkan hal itu dan berharap direspons, maka itu sudah masuk dalam kategori pelecehan.

4. Ingin mendengarnya sendiri

Jika kita merasa tersinggung saat kalimat itu ditujukan pada kita, maka jangan ucapkan pujian tersebut. Hal serupa juga berlaku jika kalimat itu bisa membuat adik atau kakak kita merasa tidak nyaman. Baca juga: Istilah “Ikan Asin” dan Pelecehan Verbal terhadap Perempuan.

5. Dapat membangun hubungan baik

Kalimat yang benar-benar ditujukan sebagai pujian dapat membantu untuk menjalin hubungan baik dengan pendengarnya. Misalnya, saat ucapan tulus yang disampaikan ke calon klien atas prestasi terbarunya. Sebaliknya, ucapan seksis yang termasuk pelecehan dapat membuat orang merasa tidak nyaman dan enggan menjalin komunikasi.

6. Mendapatkan respons positif

Masih banyak orang, pria atau wanita, yang sulit membedakan mana pujian dan pelecehan. Jika berbagai cara di atas tidak efektif, cek respons yang mereka berikan setelah ucapan tersebut dikatakan. Jika responsnya negatif seperti memalingkan muka atau raut wajah tersinggung, maka ucapan itu tergolong pelecehan baginya. Segera sampaikan permintaan maaaf dan berjanji untuk tidak mengulangi hal yang serupa.***AS

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *