Moeldoko, Memanen Kopi di Gunung Puntang

oleh
oleh

KAB BANDUNG | KONTROVERSINEWS.- Kepala Staf Kepresidenan sekaligus Ketua Himpunan Kerukunan Petani Indonesia (HKTI) Jenderal TNI (Purn) Dr. Moeldoko, memanen kopi di kebun kopi Gunung Puntang Kampung Pasir Panjang, Desa Campaka Mulya, Kecamatan Cimaung, Kabupaten Bandung, Selasa (29/5/18).

Menurutnya, kopi Puntang merupakan produk asli Indonesia yang paling dicari para penikmat kopi dunia karena menjadi kopi terbaik dalam ajang SCAA (Specialty Coffee Association of America) dengan nilai 8,62.

Berdasarkan hasil pengamatan lapangan, kata Moeldoko walaupun kopi Puntang telah mendunia, namun masih terdapat kelemahan yang harus diperbaiki .

Pertama adalah produksi yang masih rendah, sehingga perlu ditingkatkan dengan cara penggunaan pupuk yang tepat dan teknologi alat produksi.

Kepala Staf Kepresidenan Jenderal TNI (Purn) Dr. Moeldoko saat memanen kopi di kebun kopi Gunung Puntang Kampung Pasir Panjang, Desa Campaka Mulya, Kec.  Cimaung, Kab.  Bandung, Selasa (29/5/18).photo Lee.
Kepala Staf Kepresidenan Jenderal TNI (Purn) Dr. Moeldoko saat memanen kopi di kebun kopi Gunung Puntang Kampung Pasir Panjang, Desa Campaka Mulya, Kec. Cimaung, Kab. Bandung, Selasa (29/5/18).photo Lee.

“Dalam satu kali panen setiap pohon hanya menghasilkan 2kg, masih bisa dipush lagi menjadi 5 kg,” ucapnya.

Dari sisi kualitas, kopi Puntang juga masih bisa ditingkatkan lagi. Dalam hal ini dia mengimbau supaya petani bisa menggunakan pupuk organik.

Selain untuk meningkatkan kualitas kopi, penggunaan pupuk organik juga akan membuat tanah menjadi lebih subur.

“Yang butuh kami simak lagi ialah bagaimana mengebangkan teknologi pengelolaannya. Mungkin petani tak sabar, saat memetik digunakan sekaligus ditarik (diparol) sehingga masuk sudah ada kopi hijau yang kepetik kenyataannya belum saatnya dipanen dan ini hendak mempengaruhi pertumbuhan kopi setelah itu,” katanya.

Moeldoko berharap pasar kopi puntang di mata dunia mesti dipertahankan bahkan terus ditingkatkan supaya quality kopi puntang ini tak menurun.

“Dimana kopi telah menemukan semacam prestise di mata dunia maka dari itu setiap hendak cari. Kami hendak jaga untuk tetap boleh bertahan,”  jelasnya. (Lily Setiadarma) 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *