JAKARTA (Kontroversinews.com) – Tak bisa dipungkiri, semakin hari jadi semakin jelas terlihat keterlibatan kaum perempuan dalam aksi terorisme Berdasarkan data dari literature BNPT tahun 2020, potensi radikalisme nyatanya disebutkan cenderung lebih tinggi pada kaum perempuan.
Baik itu untuk perempuan di kalangan urban, generasi Z, dan bahkan dewasa muda saat ini yang masuk dalam kategori generasi milenial dan kaum perempuan yang aktif menggunakan internet.
Keterlibatan perempuan dengan aksi terorisme sendiri, seperti disebutkan oleh Dra. Valentina Gintings, M.Si, Asisten Deputi Perlindungan Hak Perempuan Dalam Rumah Kementerian Perlindungan dan Pemberdayaan Perempuan dan Anak (KemenPPPA) disebabkan banyak faktor.
Dua faktor utama yang jadi penyebab, ialah faktor budaya patriarki yang melekat di kultur masyarakat Indonesia dan ketergantungan secara finansial alias ekonomi pihak istri pada suami.
“Budaya patriarki, pemahaman istri itu harus ikut semua kata-kata suami. Ketergantungan dalam hal ekonomi, karena enggak punya pegangan dari sisi ekonomi. Jadi apa kata suami ya ikut saja, menjadikan perempuan di posisi tak berdaya,” kata Dra. Valentina, dalam media talk daring KemenPPPA, Rabu (7/4/2021).
Selain itu faktor-faktor lainnya, mulai dari faktor lingkungan sosial, adanya doktrin dari lingkungan sekitar, perbedaan pola pikir, keterbatasan dalam mengakses informasi bahkan sampai situasi perasaan kaum perempuan disebutkan Valentina masing-masing punya peran andil menjadikan kaum perempuan makin banyak yang terlibat di aksi terorisme.
“Perempuan memiliki perasaan yang lebih sensitif, cenderung lebih penasaran, emosi labil juga. Keterbatasan akses informasi, contohnya di pedesaan, itu lingkup ruang kecil enggak pernah dapat info luas soal radikalisme. Jadi gampang terpapar, gampang tercebur dalam kondisi,” pungkasnya dikutip dari laman Okezone.
Saat ini, demi meredam laju paparan radikalisme pada kaum perempuan yang berujung pada keterlibatan perempuan di aksi terorisme. KemenPPA tengah menggiatkan strategi komunikasi kelompok perempuan sebagai pelopor perdamaian.***AS