Cirebon, (Kontroversinews).-Mengingat sejarah cirebon serta perjuangan para leluhur cirebon dalam mempertahankan wilayahnya sangatlah istimewa, perjuangan demi perjuangan para bangsawan cirebon dalam mengusir penjajah terbukti bahwa wilayah cirebon merdeka lebih awal 15 Agustus 1945 dari kemerdekaan Soekarno 17 Agustus 1945.
Hal tersebut membuktikan bahwa Negara Kesultanan Cirebon merdeka lebih dulu sebelum adanya Negara Indonesia dimana keberadaannya atas restu dari negara awal kerajaan kesultanan nusantara.
Sejarah Peteng Cirebon mengingatkan kita pada polemik besar dikeraton kasepuhan cirebon. Ada 3 Yang mengaku Sultan kasepuhan antaranya 2 Sultan yang menobatkan dirinya sendiri yaitu Lukman Zulkaedin dan Raharjo Jali, satu Sultan yang dinobatkan oleh Santana Kesultanan Cirebon / Dzuriah Sunan Gunung jati dan cakrabuana serta didukung oleh Raja Sultan Nusantara dan masyarakat yaitu Pangeran Heru Arianatareja yang dikenal dengan julukan Pangeran Kuda Putih.
Ketegangan konflik tersebut masih terus berlangsung hingga saat ini, terbukti di areal pemakaman Sunan Gunung Jati masih terpampang besar spanduk penolakan serta tidak ada pengakuan terhadap Lukman Zulkaedin putra alm Arif Natadiningrat dari masyarakat dan keluarga besar kesultanan cirebon.
Spanduk itu membuat publik semakin paham akan konflik didalam keraton kasepuhan cirebon, karena para tamu penziarah yang mengunjungi areal makam sunan gunung jati sangat teredukasi dengan terbentangnya spanduk penolakan tersebut. Tidak sedikit pula para penziarah yang berfoto dibawah spanduk penolakan tersebut.
Salah satu pandangan masyarakat cirebon kepada awak media……
” Sebenarnya kami masyarakat cirebon awalnya berfikr bahwa konflik keraton itu konflik internal, ternyata setelah kami baca berita serta informasi – informasi dari para sesepuh tokoh – tokoh masyarakat yang berkembang dicirebon, bahwa konflik dikeraton kasepuhan ini bukan konflik internal ternyata konflik antara sultan yang turunan asli sunang gunung jati dan yang bukan turunan sunan gunung jati.. ” Ungkap didi.
” Berdasarkan info dari pilolog sejarah dan para sesepuh cirebon bahwa Raharjo jali itu turunan dari ki muda ( Hasanudin) abdi dalem yang mengkudeta Sultan Sepuh V Matangaji, lukman zulkaedin turunan dari Snouck Hurgronje belanda, nah yang Pangeran Kuda Putih ini infonya yang trah asli dari Sunan Gunung Jati dan Mbah kuwu cirebon cakrabuana, dimana Marga Pangeran Arianatareja inilah yang memang seharusnya berada didalam keraton kasepuhan “, tambahnya.
” Lagian peran kemasyarakatnya yang keliatan saat ini memang Sultan Sepuh Pangeran Kuda Putih ini, dia mau datang ke desa desa, dia mau duduk bersama masyarakat, sedangkan yang lainnya tidak terlihat keperduliannya sama sekali terhadap masyarakat, kami masyarakat yakin jika darah asli kanjeng sunan dan mbah kuwu cirebon itu pasti dia punya rasa terhadap rakyat, karena leluhur cirebon ini bukan sembarangan orang, pastinya darahnya netes nitis kepada turunannya yang mempunyai rasa keperdulian terhadap rakyatnya “, tutup didi.
Semoga konflik keraton kasepuhan cirebon ini dapat segera selesai dan peran pemerintah harus hadir, dan dapat mendudukan semua sultan yang berkonflik.
Harapan kepada Gubernur Jawa Barat yang baru Kang Dedy Mulyadi dapat menjadi penengah dalam konflik ini.
Isu yang berkembang bahwa KDM ini masih turunan dari prabu kian santang, berarti secara nasab dengan Sultan Sepuh Pangeran Kuda Putih masih ada pertalian keluarga. Konon prabu kiansantang adalah adik dari pangeran cakrabuana.
Berarti KDM Adiknya Sultan Sepuh pangeran Kuda Putih. Rahayu Kang Dedy.