Dinkes Kota Cirebon Buta Tuli, Atas Dugaan Lalainya Bidan Puskesmas

oleh
oleh

Kota Cirebon | Kontroversinews- Bermula pada 6 Mei 2020 lalu saat kedua orangtua dari balita alif nashrullah rachmat (19 bulan) membawanya kesalahseorang bidan yang bertugas dipuskesmas untuk diberikan imunisasi DPT 4 (DPT lanjutan),pada awalnya balita ini sehat dan segar bugar (sebelum diberi imunisasi lanjutan,Red).

Namun setelah mendapatkan suntikan imunisasi lanjutan tersebut,terjadi hal-hal yang membuat kedua orangtua sang balita alif ini kebingungan dan resah.pasalnya,selang beberapa jam setelah mendapatkan imunasi dan tertidur dirumah.sang buah hati yang bernama alif ini rewel setelah terbangun dari tidurnya,dan telapak tangan juga telapak kakinya dingin serta bibirnya membiru.

Melihat itu,kedua orangtua dari balita alif ini melaporkan kejadian tersebut kepada kader Pos Yandu melakukan komunikasi dengan bidan yang menyuntik imunisasi sibalita alif, yang belakangan diketahui bernama tutut.

Oleh sang bidan tutut via sambungan selullarnya dengan kader hanya ngomong “jangan diminum obatnya”,setelahnya tidak ada tindakan apapun dari bidan tutut ini.jangankan memberikan pengarahan untuk dibawa kepuskesmas lagi agar dilakukan tindakan,menengok kerumah sibalita alifpun tidak sama sekali.

Hari ketiga paska suntikan imunisasi (8-mei) kondisi balita alif tidak juga membaik,selain telapak tangan dan kaki dingin,dadanya berdebar.tapi karena ayah dari balita ini menunggu gajian dari pekerjaannya sebagai tukang listrik untuk berobat anaknya dan tidak adanya respon dari pihak puskesmas ataupun bidan tutut.

Balita alif tetap dirumahkan sampai tertanggal 9-mei (hari ke-4) kondisi balita alif ini semakin memburuk dengan adanya sedikit sesak nafas selain telapak kaki tangan yang dingin juga dada berdebar tersebut.pada hari ke 5 lah (10-mei) pagi, balita alif dibawa kesalahsatu bidan yang ada didaerah talun kabupaten cirebon, namun ditempat bidan itu hanya ditangani oleh suami dari bidan tersebut,sampai tiba waktu sore kondisi balita alif dirumah tidak ada perubahan.

Karena tidak ada perubahan dikondisi balita alif ini,setelah ditangani oleh orang-orang yang dibilang ahli dibidang kesehatan.orangtua dari balita alif ini berinisiatif membawanya ke ” orang pintar” untuk dido’akan agar sembuh sore itu juga,namun tetap tidak ada perubahan.namun perjuangan orangtua untuk sang buah hati agar sehat seperti sedikala ini tidak berhenti,dilanjutkannya usaha pengobatan dengan mendatangi wardoyo seorang pensiunan mantri (perawat kesehatan) tapi tutup alias tidak praktik.

Melihat keadaan sang buah hati yang berusia 19 bulan kian memburuk,akhirnya diputuskan untuk membawanya kerumah sakit gunungjati (RS milik pemkot cirebon).disitu langsung ditangani oleh pihak medis rumah sakit,namun tidak beberapa lama kemudian balita alif meninggalkan dunia menghadap sang penciptanya akibat dugaan kelalaian dari bidan tutut yang memberinya suntikan imunisasi dan obat.

Atas hal ini,kedua orangtua almarhum balita usia 19 bulan alif melaporkan keketua lembaga sosial masyarakat komunitas masyarakat peduli cirebon atau yang disingkat LSM KOMPI-C.pada 12-mei-2020 orangtua almarhum balita alif sepakat menandatangani kuasa penyelesaian pencarian keadilan dan pembenaran,atas dugaan tindakan lalainya bidan puskesmas majasem kelurahan karya mulya kecamatan kesambi kota cirebon propinsi jawa barat yang bernama tutut.

Saat disambangi oleh wartawan media ini,asep saleh,Sm,Hk perwakilan dari LSM KOMPI-C mengatakan “kami menganggap disini adanya kelalaian petugas (bidan) puskesmas majasem….1.Habis disuntik imunisasi,anak ini telapak tangan dan telapak kakinya dingin sesak nafas dan jantung berdebar.
2.Laporan kader dan dilanjutkan ke bidan yg menangani,hanya disuruh menghentikan minum obat,yg seharusnya home visit atau datang untuk mengecek.
3.di kms anak ini dibawah garis merah,yg artinya kurang gizi…umur 19 bulan berat badan 7,8kg menurut kami tidak boleh disuntik vaksin tapi diberi asupan gizi…
4.Sampai saat ini bidan tsb,tidak menengok atau minta maaf pada keluarga.
5.Dinas kesehatan kota cirebon saat dikirimi surat aduan terkesan cuek dan masabodo.
6.Bila memang dipandang perlu sy akan kirim surat pada bpk walikota dan dprd kota cirebon serta meminta audensi

Kesimpulannya kami prihatin dg kejadian ini semoga untuk kedepannya pelayanan medis mohon mengedepankan rasa kemanusiaan,tidak kaku,ramah dan harus pake hati jangan pake benci.” pungkas asep yang menjabat koordinator investigasi diDPP LSM KOMPI-C. (Kusyadi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *