Pengembangan vaksin ini dimulai dengan transfer teknologi mutakhir sel dendritik dari AIVITA Biomedical Inc yang bermarkas di Amerika Serikat kepada Rama Pharma.
Tim uji klinis mengklaim vaksin Nusantara bisa menciptakan antibodi atau daya kekebalan tubuh hingga seumur hidup. Vaksin untuk virus ini disebut membentuk kekebalan seluler pada sel limfosit T.
Diklaim bisa untuk semua usia
Vaksin ini dikembangkan dan didesain menjadi vaksin yang dapat digunakan seluruh golongan usia, baik tua maupun muda. Tidak hanya itu pengebang juga mendesain vaksin untuk dapat digunakan pada orang dengan komorbid.
Karena bersifat personal maka sel dendritik dari relawan tidak bisa diberikan ke relawan lainnya.
Menurut Terawan, konsep vaksinasi yang general diubah menjadi personal cukup penting, karena kondisi komorbid atau penyakit penyerta setiap individu berbeda.
Dikritik karena kurang publikasi
Epidemiolog Universitas Airlangga Windhu Purnomo mengkritik seharusnya tim uji klinis secara gamblang melaporkan dan mempublikasikan sedari pra klinik hingga perampungan uji klinis fase I.
Apalagi usai tim vaksin nusantara mengklaim adanya daya tahan antibodi yang mampu bertahan seumur hidup. Dengan transparansi upaya itu akan mengurangi pertanyaan dan keraguan publik terhadap hasil keamanan vaksin tersebut.
Tidak ada karya ilmiah yang dipublikasikan dari vaksin tersebut. Saat ini dia hanya mengetahui Terawan baru menguji vaksin nusantara pada 30 relawan yang tidak diungkap secara spesifik penerimanya.
Diklaim tahan mutasi virus
Salah satu tim pengembang vaksin nusantara, Jajang menyebut vaksin nusantara yang berbasis sel dendritik tidak akan mengalami penurunan fungsi manakala virus mengalami evolusi atau mutasi. Dengan temuan itu, Jajang menilai vaksin nusantara dapat digunakan bilamana muncul epidemi hingga pandemi baru di kemudian hari.
Dituding Produk Amerika Serikat
juru bicara Satgas COVID-19 Prof Wiku Adisasmito mengklaim Vaksin nusantara adalah jenis vaksin yang dikembangkan di Amerika, dan diujicobakan di Indonesia.