Bahaya Jika Berteriak Pada Anak-anak

- Pewarta

Senin, 29 Maret 2021

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Orangtua sedang memarahi anak. Selama pandemi virus corona, tingkat stres dan kemarahan orang dewasa meningkat dan ini berdampak buruk bagi anak-anak. - ilustrasi

Orangtua sedang memarahi anak. Selama pandemi virus corona, tingkat stres dan kemarahan orang dewasa meningkat dan ini berdampak buruk bagi anak-anak. - ilustrasi

BANDUNG (Kontroversinews.com) – Sebagian besar orangtua pasti pernah memarahi anak-anaknya dengan cara berteriak jika perilaku mereka menyebalkan atau susah diatur. Namun demikian, berteriak marah sebenarnya kurang efektif untuk mengubah perilaku anak.

Malah, berteriak marah juga menimbulkan efek yang kurang baik pada otak anak-anak. Menurut penelitian yang dilakukan di University of Montreal dan CHU Sainte Justine Research Centre bersama dengan tim peneliti dari Stanford University, ditemukan adanya hubungan antara frekuensi pola ibu berteriak dengan ukuran otak anaknya.

Melansir dari Kompas, mereka mengungkapkan, bahwa bentuk pola pengasuhan yang keras seperti berteriak dapat membahayakan perkembangan otak anak-anak. Dalam penelitian sebelumnya, para peneliti sebenarnya sudah melihat efek berteriak pada otak anak.

Tetapi dengan penelitian terbaru ini mereka menjadi lebih tahu kalau hal itu dapat memengaruhi struktur dan bentuk otak anak secara signifikan. Disebutkan, seorang anak yang sering mendengar teriakan dari orangtuanya akan mengalami penyusutan ukuran otak hingga mereka mencapai usia remaja. Studi tersebut menggunakan data dari anak-anak yang dipantau sejak mereka lahir di awal tahun 2000-an.

Para ahli memperhatikan pola pengasuhan dan tingkat kecemasan anak setiap tahun dalam rentang usia anak  antara 2-9 tahun. Kemudian anak-anak dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan paparan terhadap pola pengasuhan yang kasar dengan teriakan. Mereka juga mengambil anak-anak yang sama ini ketika berusia antara 12-16 tahun dan menyelesaikan MRI untuk melihat struktur otak anak tersebut.

Hasilnya, anak-anak yang sering terpapar oleh teriakan dengan intensitas yang tinggi memiliki ukuran otak yang lebih kecil daripada anak-anak yang tidak terpapar. Ini sekaligus menjadi studi pertama yang menemukan hubungan langsung antara pola pengasuhan yang keras dengan kecemasan anak-anak dan anatomi fisik otak mereka, terutama pada bagian otak.***AS

Berita Terkait

Wisata Walini dan Dusun Stroberi Jadi Favorit Saat Libur Sekolah
Pemandian Air Panas Walini Rancabali, Favorit Wisatawan yang Berlibur
Penggiat Otomotif Berharap Pemda Kabupaten Cirebon Berikan Fasilitas Drag Race
Berendam Air Panas Ciwalini Hadirkan Sensasi Hangat yang Menenangkan Jiwa
Disaat Libur Lebaran, Pemandian Air Panas Walini Masih Menjadi Favorit Wisatawan
Jelang Nataru, Barusen Hills Menjadi Pilihan Utama Wisatawan untuk Menikmati Libur Akhir Tahun
MEGGI Interior Design Siap Bikin Hunian Jadi Lebih Mewah & Modern
Fasilitasnya Lengkap, Barusen Hills Manjakan Para Wisatawan

Berita Terkait

Sabtu, 5 Juli 2025 - 20:48

Wisata Walini dan Dusun Stroberi Jadi Favorit Saat Libur Sekolah

Minggu, 1 Juni 2025 - 14:06

Pemandian Air Panas Walini Rancabali, Favorit Wisatawan yang Berlibur

Selasa, 5 November 2024 - 15:32

Penggiat Otomotif Berharap Pemda Kabupaten Cirebon Berikan Fasilitas Drag Race

Minggu, 29 September 2024 - 17:12

Berendam Air Panas Ciwalini Hadirkan Sensasi Hangat yang Menenangkan Jiwa

Selasa, 16 April 2024 - 09:45

Disaat Libur Lebaran, Pemandian Air Panas Walini Masih Menjadi Favorit Wisatawan

Berita Terbaru