Meritokrasi di Antara Harga Jabatan

- Pewarta

Selasa, 11 November 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kuningan, Kontroversinews — Ramainya pemberitaan tentang sejumlah kepala daerah yang apes terjaring Operasi Tangkap Tangan (OTT) oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) RI terkait praktik jual beli jabatan — seperti yang terjadi pada Bupati Ponorogo dan Nganjuk — kembali membuka mata publik.

Harga sebuah jabatan memang seperti asap: bisa dilihat, bisa dirasakan, tapi tak bisa digenggam. Namun, asap itu membumbung tinggi dan terlihat di mana-mana.

Persaingan untuk memperoleh jabatan begitu keras. Dari situ muncul “harga” jabatan. Karena tidak semua orang mendapat kesempatan menduduki posisi strategis, hukum pasar pun berlaku — jabatan pun dijualbelikan.

Dengan tertangkapnya beberapa kepala daerah oleh KPK karena praktik jual beli jabatan, kita akhirnya menyadari bahwa meritokrasi sering kali hanya menjadi istilah manis yang sulit diwujudkan.

Yang mendapat jabatan bukanlah mereka yang paling mampu, tetapi mereka yang mau membayar. Meritokrasi pun berubah menjadi ironi.

Padahal, meritokrasi sejatinya adalah sistem yang memberikan kesempatan, jabatan, atau penghargaan berdasarkan kemampuan, prestasi, dan kompetensi seseorang — bukan karena faktor kekerabatan, kekayaan, atau status sosial.

Sistem ini menekankan kualifikasi, integritas, dan kinerja sebagai dasar utama dalam pengelolaan sumber daya manusia.

Namun, maraknya kepala daerah yang tertangkap OTT karena jual beli jabatan menunjukkan bahwa slogan dan pelaksanaan meritokrasi masih dibayang-bayangi oleh praktik kotor dalam birokrasi.

Mungkin, hanya kepala daerah yang “kurang beruntung” saja yang tertangkap tangan oleh KPK. Sebab, dugaan kuat praktik jual beli jabatan sebenarnya terjadi di banyak tempat — hanya belum tercium.

Karena itu, para kepala daerah sebaiknya berhati-hati dalam melakukan rotasi jabatan bawahannya. Sebab, OTT oleh KPK tidak semata-mata persoalan nasib sial, tetapi juga cermin dari rusaknya sistem yang seharusnya menjunjung meritokrasi. ***

Berita Terkait

Ujian Pertama Pengurus Baru PKS Kuningan: Mampukah Menuntaskan Kasus Lama?
Ada Misi Besarkah? Kursi Sekda Dibiarkan “Marakayangan”
Silaturahmi Gerindra Kuningan Diwarnai Sindiran Tajam Ketua DPD Jabar
Panglima Laskar Kuda Putih Minta Pihak Luar Tak Berspekulasi Soal Konflik Kasepuhan
Muscab VI PBB Kabupaten Bandung, Siap Kawal Bedas Jilid Dua
Aide Keihl Dampingi Sultan Sepuh Cirebon Pangeran Heru R. Arianatareja dalam Kunjungan ke Arsip Nasional
Hj. Tia Fitriani Menyapa Warga Baros
Badan Percepatan Pengentasan Kemiskinan Republik Indonesia, Luncurkan Program Pengentasan Kemiskinan di Kab Kuningan

Berita Terkait

Jumat, 22 Agustus 2025 - 20:37

Ujian Pertama Pengurus Baru PKS Kuningan: Mampukah Menuntaskan Kasus Lama?

Senin, 4 Agustus 2025 - 07:10

Ada Misi Besarkah? Kursi Sekda Dibiarkan “Marakayangan”

Sabtu, 12 Juli 2025 - 17:51

Silaturahmi Gerindra Kuningan Diwarnai Sindiran Tajam Ketua DPD Jabar

Senin, 30 Juni 2025 - 12:53

Panglima Laskar Kuda Putih Minta Pihak Luar Tak Berspekulasi Soal Konflik Kasepuhan

Sabtu, 28 Juni 2025 - 20:10

Muscab VI PBB Kabupaten Bandung, Siap Kawal Bedas Jilid Dua

Berita Terbaru

REGIONAL

Kinerja Kaban BPKAD Kuningan Dipertanyakan…….????

Rabu, 12 Nov 2025 - 12:36

NUSANTARA

Brebes Jadi Pusat Gerakan Nasional EcoMasjid di Jeteng .

Selasa, 11 Nov 2025 - 18:51