KAB BANDUNG (Kontroversinews).– Sekolah Dasar Negeri (SDN) Sampora yang berada di Desa Sukamenak kecamatan Margahayu sedang menghadapi risiko juga terancam tertimpa bangunan roboh.
Jamparing Institut, Dadang Risdal Azis, menilai maraknya ruang kelas yang rusak disebabkan perbaikan yang tak merata, hingga ongkos rehabilitasi sekolah yang ‘sunat’.
Menurut Jamparing Institut, Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung harus mengeluarkan strategi baru untuk mengurangi sekolah rusak, termasuk melibatkan tim profesional.
Sekolah Dasar Negeri Sampora di Kecamatan Margahayu, Kabupaten Bandung berada tidak jauh dari pusat kota kantor kecamatan Margahayu.
Tak terlalu sulit menemukan sekolah ini, karena atapnya sejajar dari jalan utama. Di genteng tertulis cat putih: SDN Sampora dan diperkirakan berjarak 250 meter dari kantor kecamatan Margahayu.
Kelas-kelas penuh dengan teriakan anak-anak. Ada yang berlari-larian sambil membenarkan letak maskernya yang melorot.
Di sudut lain, beberapa anak ngobrol di tepian kelas sambil memegang es berwarna-warni dalam plastik.
Bendera Merah Putih nampak lesu di pelataran. Jam pergantian kelas dimulai.
Guru Atikah yang mengajar di kelas enam, pandangannya ini tak berhenti menatap cemas kayu-kayu yang menyangga di langit-langit ruang kelas.
“Ya, yang kita bayangin pasti atap-atap yang sudah rusak, takutnya pada jatuh ke bawah dan menimpa anak-anak kita yang lagi belajar,” kata Atikah kepada mediakasasi.com.
“Ruang kelas ini sudah tak punya plafon. Kayu-kayu penyanggah langit-langit sudah mulai keropos dimakan rayap atau terkikis air ketika hujan datang,” tambahnya.
Tapi sekolah tak punya pilihan. Pembelajaran tatap muka harus tetap berlangsung dengan aturan satu kelas tak boleh diisi. Setiap kelas ada yang dibagi dua kelompok belajar.
“Karena kita kekurangan ruang kelas. Ada pun kita sudah mengajukan [permohonan perbaikan], ya kita sampai sekarang belum dapat tembusan kapan kita dapat rehab [rehabilitasi bangunan],” tambah Atikah.
Bukan hanya atap atau langit-langit kelas yang jebol. Masih ada sejumlah fasilitas lain yang harus diperhatikan, kata Atikah yang sudah cukup lama mengajar di SDN Sampora.
Perempuan 51 tahun ini mengajak mediakasasi.com berkeliling sekolah untuk melihat kerusakan bangunan yang menurutnya bertambah parah karena tak terawat selama pandemi.
Dari catatan mediakasasi.com, ada beberapa kusen jendela dan pintu yang berongga-rongga karena dimakan rayap. Lalu, melihat plafon bagian luar kelas. Sebagian kayunya menggelantung, dan gentingnya melorot tak tentu arah.
Tembok retak-retak. Lantai keramik bergelombang.
Sejauh ini, langkah yang bisa dilakukan pihak sekolah hanya meminta siswa berhati-hati selama berada di lingkungan sekolah.
Dari catatan mediakasasi.com, ada keluhan orang tua menyampaikan atas fasilitas bangunan sekolah seperti kerusakan bangunan toilet, jendela dan pintu sudah pada jebol.
Mereka [orang tua siswa] juga pengen banget malah diganti atau direhab, untuk kenyamanan anak-anaknya di sini, kata orang tua.
Pihak sekolah mengaku sudah berulang kali mengajukan permohonan ke pemerintah untuk perbaikan bangungan. Akan tetapi, menurut Guru Atikah saat ini pemda belum bisa menjanjikan perbaikan di tahun ini. ***