Kemarau, Kondisi Warna Air Sungai Citarum Hitam dan Bau

- Pewarta

Minggu, 26 Agustus 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kab Bandung | Kontroversinews – Kemarau yang terjadi beberapa bulan terakhir menyebabkan debit air sungai Citarum berkurang. Selain kondisi warna air sungai yang hitam dan bau menyengat, akibat musim kemarau terlihat sedimentasi seperti di wilayah Sungai Citarum yang berada di Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung.

Berdasarkan pantauan, luas lebar sungai Citarum di wilayah Dayeuhkolot terlihat menyusut akibat adanya sedimentasi sungai di musim kemarau. Bagian sungai yang tersedimentasi terlihat berkembang rumput liar. Selain itu, banyak warga sekitar yang memanfaatkan sedimentasi tersebut sebagai jalan.

Kolonel Inf Yudi Zanibar, Komandan Sektor 6 Citarum Harum mengakui terjadi sedimentasi di sungai Citarum, tepatnya di daerah Dayeuhkolot. Ia mengungkapkan akan melakukan pengerukan pada Senin mendatang, menunggu alat berat yang didatangkan dari Jakarta.

“Besok ada alat (berat) dari Jakarta yang kita pinjam. Nanti dikeruk hari Senin,” ujarnya. Ia mengatakan, pengerukan akan dilakukan saat musim kemarau dan sedimentasi yang dikeruk tidak akan dibuang di pinggir sungai.

“Kalau hasil pengerukan disimpan dipinggir sungai nanti saat musim hujan bisa terbawa lagi ke aliran sungai,” ungkapnya.

Dirinya menambahkan, saat ini pihaknya fokus agar masyarakat yang berada di Dayeuhkolot, Baleendah dan Bojongsoang tidak terkena banjir. Ia pun mengungkapkan jika selama enam bulan Citarum Harum sudah bisa mengurangi volume sampah.

“Sampah udah berkurang, sampah itu datang dari sungai yang berasal di Kota Bandung seperti Citepus, Cikeruh, Cidurian, Cipamokolan, Cikapundung, Ciateul dan Cikoneng kemudian masuk ke Tegal Luar,” ungkapnya.

Ia menuturkan, upaya menangani sampah belum sempurna total sebab masih terdapat kendala yang dihadapi seperti belum adanya tempat pembuangan sampah sementara di tiap desa. Selain itu, proses pembuangan hingga ke TPA masih belum berjalan.

Pihaknya menuturkan, sudah mengajukan kepada pemerintah terkait tempat pembuangan sampah sementara. Saat ini katanya, beberapa desa berinisiatif untuk membuat jaring di sungai untuk bisa menahan sampah yang mengalir, Pungkasnya  ( Lily. Setiadarma)

Berita Terkait

Pencabutan Moratorium Menuai Pro dan Kontra di Masyarakat
Ketua PGRI Kabupaten Kuningan Berikan Tanggapan Terkait Kasus Etika Moral Kepsek
Festival Seni Media 2025, Gerbang Baru dan Ruang Tumbuh Kreativitas Seni Budaya
Ruang Pameran Tetap Museum Gedung Pusaka Kanoman Diresmikan, Langkah Strategis Memajukan Ekonomi Budaya
Operasi Zebra Lodaya 2025 Resmi Dimulai, Polres Cirebon Kota Fokuskan Pencegahan Pelanggaran Lalu Lintas
Dugaan Bisnis Seragam di SMPN 1 Rancaekek, Kepala Sekolah: “Aman Tidak Ada Masalah”
Rancangan APBD 2026 Disampaikan, Pemkot Cirebon Fokus Jaga Stabilitas Fiskal
Profiling Aparatur Sipil Negara, Langkah Pemkot Cirebon Bangun Birokrasi Profesional

Berita Terkait

Selasa, 18 November 2025 - 23:43

Pencabutan Moratorium Menuai Pro dan Kontra di Masyarakat

Selasa, 18 November 2025 - 14:39

Ketua PGRI Kabupaten Kuningan Berikan Tanggapan Terkait Kasus Etika Moral Kepsek

Selasa, 18 November 2025 - 13:31

Festival Seni Media 2025, Gerbang Baru dan Ruang Tumbuh Kreativitas Seni Budaya

Selasa, 18 November 2025 - 08:15

Ruang Pameran Tetap Museum Gedung Pusaka Kanoman Diresmikan, Langkah Strategis Memajukan Ekonomi Budaya

Selasa, 18 November 2025 - 08:15

Operasi Zebra Lodaya 2025 Resmi Dimulai, Polres Cirebon Kota Fokuskan Pencegahan Pelanggaran Lalu Lintas

Berita Terbaru

REGIONAL

Pencabutan Moratorium Menuai Pro dan Kontra di Masyarakat

Selasa, 18 Nov 2025 - 23:43