Taliban Kuasai Afghanistan, Walkot Pasrah Menunggu Dibunuh

- Pewarta

Rabu, 18 Agustus 2021

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Wali kota perempuan pertama di Afghanistan, Zarifa Ghafari . Foto: Muslimahdaily

Wali kota perempuan pertama di Afghanistan, Zarifa Ghafari . Foto: Muslimahdaily

Kontroversinews.com – Taliban berhasil kuasai wilayah Ibu Kota Kabul dan menduduki Istana Kepresidenan Afghanistan pada Minggu (15/8). Hal ini membuat kebebasan perempuan di Afghanistan terancam.

Wali kota perempuan pertama di Afghanistan, Zarifa Ghafari (29) mengaku saat ini hanya menunggu kedatangan Taliban ke rumahnya untuk membunuhnya. Dia mengatakan, tak ada pertolongan yang datang kepadanya atau keluarganya.

Zarifa Ghafari merupakan perempuan yang pertama wali kota di Afghanistan, tepatnya di Maidan Shahr pada tahun 2018 lalu.

Zarifa Ghafari membubuhkan sejarah lantaran menjadi perempuan pertama dan termuda yang menjadi wali kota di Afghanistan.

“Saya duduk di sini menunggu mereka untuk datang. Tidak ada seorang pun yang datang membantu saya atau keluarga saya. Saya hanya duduk bersama keluarga saya dan suami saya. Dan mereka akan datang ke orang-orang seperti saya dan membunuh saya,” tutur Zarifa dilansir dari The Sun, Rabu (18/8/2021).

Zarifa Ghafari  mengaku tidak tahu akan pergi ke mana dan tidak mungkin meninggalkan keluarganya.

Ghafari selama jabatannya berkampanye untuk meningkatkan hak-hak perempuan di Afghanistan. Namun dengan adanya Taliban membuat dia dan seluruh wanita di Afganistas terancam.

Taliban mendeklarasikan ‘amnesti’ di seluruh Afghanistan dan mendesak perempuan untuk bergabung dengan pemerintahan mereka. Taliban berusaha meyakinkan penduduk yang khawatir kehidupan mereka berubah, pasca kekacauan mematikan dan mencengkeram di bandara utama ketika warga yang putus asa mencoba melarikan diri dari kekuasaan mereka.

Taliban telah berusaha untuk menggambarkan diri mereka sebagai lebih moderat daripada ketika mereka memberlakukan aturan brutal pada akhir 1990-an. ***TONY

Berita Terkait

Rusia Pertahankan Proyeksi Pertumbuhan PDB 2025 Sebesar 2,5 Persen
Keluarga PMI yang Meninggal di Kamboja Lapor ke Polda Metro Jaya
2.273 Warga Terdampak Gempa Myanmar Manfaatkan Layanan Medis Indonesia
Presiden Prabowo Ingin RI Belajar Teknologi Pertanian Yordania
RI, Turki Teken 3 MoU Bidang Kedaruratan, Kebudayaan, dan Komunikasi
Trump Tunda Pemblokiran TikTok, Beri Perpanjangan waktu 75 hari
Ikuti Maraton Liuzhou, Mahasiswa Indonesia Berbagi Kesan Tentang China
SAR Malaysia Selamatkan Korban Gempa Myanmar Terperangkap Enam Hari

Berita Terkait

Senin, 21 April 2025 - 11:43

Rusia Pertahankan Proyeksi Pertumbuhan PDB 2025 Sebesar 2,5 Persen

Jumat, 18 April 2025 - 15:57

Keluarga PMI yang Meninggal di Kamboja Lapor ke Polda Metro Jaya

Kamis, 17 April 2025 - 10:36

2.273 Warga Terdampak Gempa Myanmar Manfaatkan Layanan Medis Indonesia

Selasa, 15 April 2025 - 09:32

Presiden Prabowo Ingin RI Belajar Teknologi Pertanian Yordania

Jumat, 11 April 2025 - 09:51

RI, Turki Teken 3 MoU Bidang Kedaruratan, Kebudayaan, dan Komunikasi

Berita Terbaru

Nasional

Kasus Kredit KUR BRI di Kuningan Berpotensi “Fraud”

Jumat, 27 Jun 2025 - 20:31