KUNINGAN (Kontroversinews.com) – Waduk Darma di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, sejak dulu punya banyak cerita misteri yang berkembang dari mulut ke mulut. Contohnya, adanya belut putih yang suka menampakkan diri kepada orang-orang tertentu.
Menurut mantan Kepala Desa Sakerta Timur, Cucu Sudrajat, kemunculan belut putih tidak bisa ditunggu-tunggu. Namun, konon ada yang pernah melihat mahluk gaib tersebut muncul di tengah-tengah waduk.
Tetapi menurutnya, kemunculan mahluk tersebut bukan untuk mengganggu, tetapi untuk mengingatkan masyarakat untuk selalu menjaga sikap dan sopan santun di lokasi waduk.
Pernah suatu saat warga sekitar penasaran dengan belut putih, maka disepakati untuk dipancing supaya belut itu muncul kembali. “Dipasanglah seekor kerbau, betul saja kerbau tersebut ditelan bulat-bulat,” cerita Cucu.
Sejak saat itu, masyarakat sekitar tidak berani berbuat macam-macam, mereka menggangap waduk tersebut ada penunggunya. Kendati demikian, cerita mistis itu menjadi semacam bumbu bagi keindahan waduk itu.
Kini, Waduk Darma telah direvitalisasi dan akan diteruskan pada tahap berikutnya. Keindahannya telah menjadi destinasi wisata andalan Kabupaten Kuningan.
Di masa liburan atau Lebaran, puluhan ribu wisatawan berdatangan ke waduk terbesar di wilayah III Cirebon itu.
Ada yang hanya sekadar menikmati pemandangan alam, atau berwisata naik perahu mengamati keramba ikan atau pulau kecil yang ada di tengah waduk.
Tahun 1800-an, waduk ini sudah terbentuk meski ukurannya masih kecil. Barulah ketika zaman Jepang, pembangunan waduk rampung dilaksanakan.
Hingga sekarang, waduk tersebut masih kokoh menyimpan jutaan kubik air. Saat itu, dampak dari pembangunan waduk, lahan di sembilan desa harus dibebaskan.
Dari sembilan desa, ternyata hanya warga Desa Jagara saja yang harus direlokasi alias bedol desa. Sisanya lahan pertanian dan tegalan.
Mantan Kades Jagara, Umar Hidayat menuturkan, pembangunan waduk itu harus menenggelamkan sembilan desa.
Jika air surut di musim kemarau, akan timbul jalan aspal dan pondasi rumah penduduk yang ditenggelamkan.
“Dulunya jalan aspal itu menghubungkan Desa Jagara dengan desa di sekitarnya. Memang tidak dibongkar jalannya, dan dibiarkan saja ketika Desa Jagara ditenggelamkan,” kata Umar.
Sembilan desa yang masuk area pembangunan Waduk Darma, lanjut Umar, yakni Desa Darma, Jagara, Kawahmanuk, Cikupa, Parung, Cipasung, Sakerta Barat, Sakerta Timur, dan Paninggaran.
Berdasarkan informasi yang diterima dari orang tuanya, hanya penduduk Desa Jagara saja yang harus direlokasi ke tempat lain.
Berbeda dengan delapan desa lainnya yang hanya lahan pertaniannya saja yang terkena pembangunan waduk.***AS