Kab Bandung | Kontroversinews.- Sekolah Dasar (SD) Cisabuk yang berada di Kampung Cisabuk, Desa Cipelah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung berbatasan dengan Kabupaten Cianjur mengalami pergeseran tanah. Kondisinya sudah berlangsung sejak lama dan dikhawatirkan mengakibatkan terjadi longsor.
Kepala UPT TK, SD Kecamatan Rancabali, Komarudin mengungkapkan pergeseran tanah terjadi di halaman bagian belakang sekolah yang sering dijadikan tempat upacara dan bermain siswa. Tak hanya itu, kondisi bangunan sekolah sudah banyak yang retak dan pembatas kelas dengan menggunakan bilik bambu.
“SDN Cisabuk rawan longsor. Menurut kepala sekolah lama ada penurunan (pergeseran) tanah. Tembok retak-retak, wc amblas, ujarnya, Rabu (31/10).
Menurutnya, meski tidak menganggu proses kegiatan belajar mengajar namun kondisi tersebut sangat dikhawatirkan apalagi saat ini sudah memasuki musim hujan. Ia mengatakan, selama memimpin satu tahun terakhir belum ada perbaikan ke sekolah tersebut.
Dirinya mengungkapkan SDN Cisabuk yang berada di perbatasan Kabupaten Bandung-Kabupaten Cianjur harus di relokasi ke wilayah yang dekat dengan pemukiman dan lebih aman. Usulan tersebut, ia mengatakan muncul saat musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang) desa.
“Siswa SDN Cisabuk sebanyak 56 orang sebagian merupakan warga Kabupaten Cianjur. Guru PNS di Cisabuk ada 1 orang dan honorer kurang lebih enam orang,” ungkapnya.
Dirinya menambahkan, SDN lainnya yang rawan dengan longsor adalah SDN Cipelah 02 yang memiliki 102 siswa. Ia mengatakan, meski sudah dibangun tembok penahan tebing (TPT) halaman sekolah tetap berpotensi longsor. Sebab ketinggian TPT tidak mencapai permukaan tanah.
Tidak hanya itu, bagian belakang sekolah terdapat tebing yang diatasnya merupakan jalan yang dilalui kendaraan. Hal itu berpotensi longsor. Oleh karena itu, tebing tersebut harus ditembok. “SD Cipelah dapat bantuan pemagaran 2019 tapi seharusnya (yang dibutuhkan) TPT,” katanya.
Ditempat lainnya, di SDN Campaka, Komarudin mengatakan sekolah tersebut kekurangan ruang kelas dua dan sudah dianggarkan di 2019. Sedangkan di SDN Kanaan tidak memiliki guru PNS dan harus direlokasi sebab jauh dari pemukiman warga.
“Siswa harus menempuh perjalanan 3-4 Km melintasi jalan perkebunan untuk ke SDN Kanaan. Keamanan sekolah juga kurang terjamin. Kita sudah negoisasi dengan perkebunan mengupayakan direlokasi,” katanya.
Komarudin mengatakan di Kecamatan Rancabali terdapat 31 SDN dengan jumlah PNS mencapai 151 orang dan non PNS 157 orang. Sedangkan jumlah siswa mencapai 5000 siswa.
Sementara itu, Kepala Sekolah SMPN 2 Rancabali, Yeyet Frienti mengungkapkan memasuki musim penghujan rawan terhadap bangunan sekolah. Sebab dia mengatakan beberapa waktu lalu akibat hujan deras dinding tembok sekolah roboh dan genteng yang sering beterbangan. (Lily Setiadarma)