Saling Sindir, Mencari Kesalahan Dan Menjatuhkan Lawan Politik, Sungguh Sangat Dangkal Gagasan

oleh
oleh

Oleh : Gregorius Cristison Bertholomeus, S.H.,M.H

Potensi suhu politik pilkada kabupaten Sikka semakin hari semakin memanas selama masa kampanye di tahun 2024 ini, untuk dukungan cabup_cawabup Sikka periode 2024-2029 yang siap sebagai pemimpin Sikka kedepannya.

Kampanye yang melahirkan polarisasi dapat memanaskan suhu politik tentunya.

Belakangan kampanye marak diisi dengan aksi saling lapor antara timses bahkan pendukung cabup-cawabup terkait dugaan pelanggaran kampanye.

Upaya saling intai serta mencari celah kesalahan lawan politik ini, tentunya dapat menimbulkan situasi yang tidak kondusif.

Narasi kampanye negatif yang dilontarkan oleh timses pasangan tertentu cabup-cawabup pilihannya, juga dapat meningkatkan suhu politik daerah.

Isu-isu terkait tata kelola pemilu khususnya mengenai daftar pemilih juga kerap ditarik guna merugikan lawan politik.

Seperti soal DPT, hak penyandang disabilitas yang seolah dikapitalisasi untuk kepentingan calon tertentu, kesehatan, Pendidikan, dan sebagainya.

Netralitas penyelenggara pemilu juga merupakan faktor penting yang dapat meningkatkan suhu politik manakala penyelenggara terlihat memihak calon tertentu, semoga saja di Kabupaten Sikka tidak terjadi hal demikian.

Tentunya suhu politik yang memanas pada gilirannya dapat menimbulkan rasa tidak aman di masyarakat, sehingga berakibat masyarakat tidak acuh dan tidak mau menggunakan hak pilihnya.

Disini saya melihat bahwa kampanye yang dilakukan oleh timses atau pendukung cabup_cawabup tertentu hingga saat ini masih dangkal gagasan dan isu substantif.

Kampanye yang dilakukan oleh timses atau pendukung cabup-cawabup justru menampilkan lelucon politik dengan saling sindir antara lawan politik.

Mereka saling sindir dengan melontarkan diksi dan frasa seperti politik buta hanya bermodal uang, politik kebohongan, politik helang, tampang pemimpin ganteng tapi isi kosong, calon pemimpin buta, calon pemimpin tidak tahu bicara, calon pemimpin modal ATM, calon pemimpin suka janji dan bohong, calon pemimpin pintar,cerdas tapi tidak bermodal bahkan lain-lainnya.

Akhir kata, saya mengharapkan jangan lagi seperti ini politik yang saling sindir, saling mencari kesalahan, bahkan menjatuhkan, sungguh tidak baik sebenarnya.

Disini saya menekankan diksi dan frasa tersebut pada akhirnya hanya membuat bising dan memekakan ruang opini publik dan sama sekali tidak memberikan pendidikan politik yang sangat baik.
Sungguh sedih rasanya. ***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *