Bandung (Kontroversinews.com) – Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengungkapkan peluncuran program Petani Milenial rencananya dimulai pertengahan Maret ini. Sejumlah pihak menyoroti program tersebut.
“Kemungkinan pertengahan Maret kita mulai program ini, karena seiring dengan itu banyak tanah baru yang didaftarkan alhamdulillah, sementara ini kan kita tanah sendiri, tanah BUMN dan tanah pribadi, Jaminan pembiayaan dan pembelian yang menjadi konsepnya, tanpa yang tadi susah menggerakkan anak-anak muda bertani karena dianggap pendapatan tidak setara, modalnya susah jadi kesimpulannya itu” ujar Emil, Sabtu (27/2).
Minat generasi muda untuk mengikuti program Petani Milenial Jabar cukup tinggi. Sampai saat ini telah ada 9 ribu milenial yang telah mendaftar dalam program tersebut. Dari jumlah tersebut ada calon peserta yang datang dari luar Jawa Barat. Setelah melalui serangkaian seleksi administrasi, Benny menyebut, calon Petani Milenial akan mengikuti tahapan wawancara.
“Kita masih memetakan karena dari 9 ribu sekian yang mendaftar ada yang di luar Jabar yang mendaftar. Kita seleksi, kurang lebih ada sekitar 6 ribu sekian lagi. Dari 6 ribu sekian, nanti ada seleksi lagi, terutama akan kita kuatkan dulu anak-anak yang memang dekat dengan lahan,” kata Kabiro Perekonomian, Setda Jabar Benny Bachtiar saat dihubungi, Minggu (28/2).
DPRD Jabar menyorot soal penyiapan lahan untuk merealisasikan program tersebut. Menurut Anggota Fraksi PDIP DPRD Jawa Barat R Yunandar Rukhiadi Eka Perwira bukan hal mudah bagi Pemprov Jabar untuk menggulirkan program Petani Milenial. Pasalnya kondisi lahan di Jawa Barat saat ini sudah semakin terbatas.
“Alih fungsi sangat tinggi sekali terutama untuk jadi pemukiman dan tempat usaha, juga pabrik. Ini juga pasti kesulitannya lahan, bagaimana menyediakan lahan untuk calon petani milenial, mereka akan garap lahan siapa,” kata Yunandar via sambungan telepon, Minggu (28/2).
Dia menyatakan Pemprov Jabar memang memiliki aset lahan. Namun, kata Yunandar, tidak mungkin semuanya dikelola jadi lahan pertanian. “Ada peluang itu, cuman tidak cukup besar,” ucap Yunandar pada detiknews.
Pengamat Kebijakan Publik Cecep Darmawan berharap program petani milenial ini benar-benar mampu mengangkat derajat para petani sehingga tidak menjadi program yang sia-sia. ***AS