Kab Bandung | Kontroversinews.- Kenaikan nilai tukar dollar terhadap rupiah menyebabkan harga komoditas kedelai yang merupakan bahan baku tempe dan tahu mengalami kenaikan.
Salah satu pengusaha tahu asal Kampung Ciherang, Desa Tanjungsari, Kecamatan Cangkuang, Kabupaten Bandung, Rohanda Sodikin (54) menuturkan dirinya harus menjual rugi tahu. Dirinya terpaksa memperkecil ukuran tahu yang akan dijualnya.
“Merugi akibat naiknya harga kedelai yang mencapai Rp 9.980 rupiah per kilogram, dari biasanya antara Rp 6.500 sampai Rp 7.500 per kilogram,” tuturnya di Ciherang, Cangkuang, Jumat (7/9/2018).
Kenaikan harga bahan baku tahu dan tempe ini dialami oleh sejumlah pengusaha tahu sejak seminggu ini. Dirinya mengaku mendapat kiriman bahan baku kedelai yang telah diimpor dari luar negeri.
“Di pasaran harga tahu dan tempe juga naik antara 10 persen dari harga Rp 500 per potong menjadi Rp 600 per potong hingga Rp 700 per potong. Harga tempe juga naik dari Rp 4000 per papan menjadi Rp 5000 per papan,” tuturnya.
Sementara salah seorang pedagang tahu dan tempe di pasar tradisional Soreang Aep Rahmat (60) mengatakan kenaikan kedelai baru dirasakannya dua hari ini. Namun kenaikan bahan baku kacang kedelai ini belum berimbas pada harga tahu yang dirinya jual.
“Harga kedelai naik Rp 250 perak, dari biasanya Rp 7750 per kilogram menjadi Rp 8000 per kilogram. Kalau harga tempe masih saya jual Rp 400 atau Rp 500 per potong. Belum saya naikan karena susah kalau naikan harga tahu harus kompak bareng semua,” tuturnya.
Sementara, Bupati Bandung Dadang M Naser mengatakan, kenaikan dollar merupakan fenomena internasional. Selain dollar, mata uang euro juga naik. Bahkan Venezuela negara di Amerika Latin hancur.
“Saya berharap semoga Indonesia terus bertahan di tengah persaingan perekonomian dunia. Kita tekankan impor sekalian, naikan produk lokal, harus percaya produk lokal itu bagus. Jangan tergantung kepada barang luar negeri dengan impor bahan baku kedelai,” ujar Dadang di Masjid Al-Fathu Soreang tadi siang.
Tidak hanya kedelai, selama ini kata Dadang jagung dan pakan ternak juga diimpor dari luar negeri. Dadang berujar pihaknya akan segera melakukan rapat koordinasi untuk antisipasi merangkaknya harga bahan baku kedelai.
“Kebijakan kita mendorong, untuk lebih kreatif dan proaktif di sektor industrinya sampai menciptakan sendiri. Ini sedang ada persiapan rapat, antisipasi jangan sampai inflasi terus menggerogoti, supaya inflasi tidak menggoyang Kabupaten Bandung,” pungkasnya. (Lily Setiadarma)