Kuningan, Kontroversinews | Tragedi jatuhnya korban dalam aksi pada 28 Oktober 2025 mendapat respon keras dari sejumlah Ormas dan LSM di Kabupaten Kuningan.
Gabungan Ormas, LSM, serta komunitas ojek online (Ojol) telah menggelar rapat terbuka di sekretariat FK-GOL. Dalam rapat tersebut mereka menilai peristiwa itu telah mencoreng wajah demokrasi Indonesia.
Hasil rapat menyepakati pembentukan Komite Aksi Peduli Demokrasi, yang siap turun ke jalan untuk mengecam tindakan represif aparat keamanan.
Ketua Barak, Nana Rusdiana, S.IP, menegaskan bahwa peristiwa tersebut bukan sekadar insiden, melainkan bukti nyata kekerasan negara melalui aparat terhadap masyarakat sipil.
“Aparat yang seharusnya menjaga keamanan kini justru berubah menjadi alat represif untuk merampas hak rakyat,” tegas Nana.
Ia menambahkan, demokrasi yang seharusnya menjamin kebebasan berpendapat, berkumpul, serta memberikan perlindungan kepada warga negara yang menyampaikan aspirasi, kini telah berubah menjadi situasi yang menimbulkan ketakutan, kekerasan, bahkan korban jiwa.
Meski begitu, Nana meyakini bahwa demonstrasi yang dilakukan rekan-rekan di Jakarta bukanlah aksi tanpa makna, melainkan ekspresi murni keresahan rakyat atas kebijakan yang dianggap tidak adil dan merugikan.
“Saya mengajak seluruh masyarakat untuk turun ke jalan. Ini wujud nyata bahwa demokrasi masih ada, meski harus dibayar dengan korban jiwa. Kita tidak boleh diam ketika menjadi korban kekerasan negara,” pungkasnya. ***