Kepsek dan Guru SD di Kab Bandung Dipusingkan Soal Salah Cetak

oleh -273 Dilihat
oleh

Kab.  Bandung | Kontroversinews.- Ujian Kenaikan Kelas (UKK) Sekolah Dasar yang digelar serentak sejak Senin (21/5) hingga Sabtu (26/5) mendatang menuai kekecewaan dari para pendidik di sekolah. Kekecewaan dan kekesalan terjadi karena banyaknya kesalahan dalam pencentakan soal mata pelajaran.

Salah seorang Kepala Sekolah di Kabupaten Bandung yang tak mau disebutkan namanya mengatakan, di sekolah yang dipimpinnya, hampir semua soal mata pelajaran kacau. Kata dia, soal kelas 3 diberikan untuk kelas 2. Begitu juga untuk soal kelas 4 diberikan kepada kelas 3. Sehingga menimbulkan kebingungan dan akhirnya para guru di sekolahnya membuat ulang soal baru.

“Soalnya membuat bingung para guru akhirnya kami bikin soal baru atau dianukir saja di sekolah kami. Saya juga heran kok bisa terjadi seperti ini, padahal kan itu soal dicetak setelah melalui kajian dan pengawasan dari Dinas Pendidikan,”katanya, Rabu (23/5/18).

Kepsek SDN Cincin1 Hj. Lilis , SDN Cincin 3 Julaeha dan SDN Cincin 2 saat pelaksanaan UKK di ruang Kepsek SDN Cincin1 Kec. Soreang.

Menurut informasi, pencetakan soal UKK ini, dilakukan di masing masing kecamatan. Namun tetap dilaksanakan atas dasar kisi kisi atau panduan yang diberikan oleh Dinas Pendidikan. Sehingga, setiap kecamatan akan berbeda soalnya. Hal membuat para guru kebingungan, karena soal yang diberikan terlalu rendah atau sebaliknya.

“Yah seharusnya tetap dikontor dan diawasi oleh Dinas Pendidikan. Kemudian Dinas Pendidikan juga harus punya bank soal, sehingga kalau mencetak soal itu pasti sama semuanya. Kalau seperti ini fungsi bagian kurikulum dan pengawasan dari Dinas Pendidikan enggak ada dong,”ujarnya.

Hal senada juga dikatakan oleh salah seorang guru di salah satu SDN negeri di Kecamatan Cangkuang. Kata dia, mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)  untuj kelas 3, soalnya dari nomor 1 hingga 8 sama semuanya. Selain itu, pada mata pelajaran matematika kelas 4 tematik, salah satu poin soal membahas diagram batang. Padahal, pelajaran diagram batang ini seharusnya untuk kelas 5.

“Kawan saya juga guru kelas 3 itu kebingungan,  dari nomor 1 sampai 8 kok sama semuanya. Yah dianulir saja sendiri sama guru kelasnya. Kalau di kelas 4 yah itu kok ada soal mata pelajaran diagram batang, itu kan pelajaran kelas 5, yah anak anak kebingungan ngisinya. Atau bisa juga kelemahan saya yang telat memberikan materi soal diagram batang ini sama siswa didik,”ujarnya.

Kepala Sekolah SDN Cincin III Kecamatan Soreang, Julaeha mengaku jika soal UKK untuk kelas 1 hingga 5 semua di drop dari Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S) Kecamatan Soreang. Kata dia, biaya pembuatan penggandaan soal ini harganya relatif murah yakni sebesar Ro. 15 ribu persiswa,  dibawah harga Try Out (TO) Kalas  VI sebesar Rp 20 ribu persiswa yang pembayaran di trsfer ke bank. Sedangkan untuk pembayaran naskah soal UKK  dibayar langsung  ke K3S Kec. Soreang. Di sekolahnya itu terdapat 500 orang siswa yang mengikuti UKK.

“Harga persiswanya sebesar Rp., 15 ribu dibawah biaya TO yang mencapai Rp 20 ribu persiswa lah. Uangnya kami bayarkan sambil berjalan ke K3S nya,”katanya.

Kepala Seksi (Kasie) Kurikulum Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung, Aas Siti Asidah mengatakan, urusan pembuatan dan penggandaan soal UKK sepenuhnya kewenangan sekolah masing masing. Atas dasar rambu rambu yang diberikan Dinas Pendidikan. Kemudian pihak membuat dan menggandakan soal berdasarkan kisi kisi yang dikeluarkan oleh Kelompok Kerja Guru (KKG).

“Kenapa bisa terjadi kesalahan, kan yang membuat dan menggandakan soal juga pihak sekolah dan ini sudah berjalan lama. Kalau benar ada kesalahan seperti ini saya akan turun ke lapangan mengecek langsung,”ujarnya.

Aas melanjutkan, kesalahan pembuatan soal UKK ini bisa dikatakan aneh. Karena seharusnya pihak kepala sekolah dan pengawas menjadi penjamin mutu pendidikan. Itu artinya, mereka harus lebih tahu sebelum soal dibuat dan digandakan.

“Jadi selain Kasie, Kabid di Dinas Pendidikan, Kepala Sekolah dan Pengawas juga adalah penjamin mutu pendidikan. Tapi nanti akan saya cek ke lapangan apa sebenarnya yang terjadi hingga bisa terjadi kesalahan seperti ini,”ujarnya. (Lily Setiadarma).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *