Samosir | Kontroversinews.- Listrik telah menerangi Huta Tangga Bosi Dusun III Desa Simbolon Purba sejak Natal 2017 lalu. Penyeimbangan berita atas video tangisan anak-anak memohon perhatian Pemerintah Pusat untuk kondisi akses jalan desa, listrik dan air bersih yang disebarkan di media sosial terkait Dusun III Desa Simbolon Purba kabupaten Samosir.
Sebelumnya terima kasih buat kepedulian Bapak/Ibu untuk kampung kita di Samosir yang kita cintai ini.
Kami yakin kita bersama memiliki semangat membangun yang sama untuk menjadikan masyarakat Samosir yang mandiri, berdaya saing dan sejahtera.
“Kami juga yakin sepakat bahwa partisipasi sekecil apapun itu melalui profesi kita sangat berarti bagi pergerakan pembangunan Samosir ke arah yg lebih baik. Amin,” katanya.
Terkait dengan sarana media sosial, sebelumnya kami sarankan agar kita bisa lebih selektif dalam menshare berita atau informasi ke ruang publik, sehingga memberikan edukasi, kritik dan masukan yang membangun dan bermanfaat bagi khalayak pembaca.
Karena hasil penelusuran sementara kami, status Bapak Junvenri Parhusip (sementara hasil penelusuran kami sebagai peng-upload video di laman Facebook pada Kamis 3 Mei 2018) ini telah dibagikan sebanyak lebih dari 2.000 kali, dimana para pen”share” bebas dengan motivasi dan tujuan masing masing dan tentunya kami harap Bapak/Ibu mengerti dampaknya, padahal info tersebut sudah lama dan masyarakat tidak mendapatkan informasi berimbang.
Setidaknya berikut kami sampaikan informasi sebenarnya tentang kronologis video tersebut yang berhasil kami peroleh Jumat, 04 Mei 2018.
1. Video durasi 7,26 menit di atas dibuat dan direkam sekitar Juli 2017 yang lalu saat ada pesta adat di Dusun III Desa Simbolon Purba, oleh seseorang (inisial dan asal ada pada kami) yang secara bersamaan diperkirakan juga hadir dalam rangka mengikuti pesta adat tersebut. Melalui inisiatif dan rembuk masyarakat maka jalan desa yang selama ini sudah baik, secara gotong royong diperlebar dengn maksud kendaraan tamu undangan khususnya kendaraan roda empat.dapat menjangkau lokasi pesta. Namun sangat disayangkan dengan struktur tanah liat dan basah karena hujan, kondisi jalan tidak begitu baik walaupun masih tetap dapat dilalui kendaraan roda 4. Jarak antara lokasi ke simpang jalan nasional hanya sekitar 4 km, saat video diambil sudah lebih dari 1 km jaln beraspal, dilanjutkan jalan rabat beton dan perkerasan batu, walau belum sampai ke lokasi.
Lanjutan jalan desa setelah perkerasan, saat ini kondisi ruas jalan tergolong baik, tanah padat dan dapat dilalui kendaraan roda 2 dengan baik dan lancar. Jalan desa tersebut bukan jalan utama, namun menghubungkan sampai ke Dolok Niapul dalam satu desa.
Memang usulan peningkatan jalan desa ini sudah diusulkan pada musrembang desa mulai tahun 2016, tetapi karena belum sepakatnya beberapa masyakarat pemilik tanah untuk dibebaskan bagi perluasan jalan, (kondisi saat ini hampir 1,5 km lebar badan jalan hanya 2,5 m) ditambah dengan terbatasnya Anggaran Desa Simbolon Purba untuk kegitan fisik (karena mencakup pembangunan dari 3 dusun yang terdiri dari beberapa “Huta/Lumban Sosor”) mengkibatkan tahapan. pembangunan akses jalan di lokasi tersebut masih sampai batas pengerasan, dan itupun belum tuntas sepanjang jalan desa sampai ke Dolok Niapul. Sejauh ini Kepala Desa Simbolon Purba Ny. Naibaho br Simbolon, pensiunan PNS (guru) adalah perempuan hebat yang terpilih sebagai calon tunggal oleh masyarakatnya untuk memimpin desa ini selama 2 periode berturut turut,Jadi sangat disayangkan tuduhan tidak berdasar dialamatkan kepada beliau dalam koment penggunaan dana desa.
Perlu ditambahkan bahwa masyarakat Kabupaten Samosir sangat dilibatkan dan berperan aktif dalam pengambilan keputusan skala prioritas pembangunan melalui anggaran dana desa setiap tahunnya, pengawasan pembangunan dan dapat juga terlibat langsung pada pelaksanaannya. Jadi tidak zamannya lagi tuduhan pengelolaan keuangan desa yang tidak transparan dan akuntabel seperti dugaan beberapa pihak.
Kedepan jalan desa ini akan ditangani lebih baik lagi dengan bantuan peralatan PU-PR Kab. Samosir yang sudah ada, tentunya dengan syarat kesediaan masyarakat melepaskan tanah nya untuk kepentingan umum dan ketersediaan anggaran untuk itu.
2. Seseorang yang (kemungkinan dengan sengaja) memdokumentasikan video ini, terlepas dari apapun motivasinya, berdasarkan pengakuan salah seorang anak dalam video tersebut dan beberapa orang tua di Tangga Bosi, mengaku bahwa mereka diajari dan dipandu untuk bertindak seperti tayangan di video tersebut, bahasa keren saat ini “setingan” seperti sebuah liputan khusus, padahal mereka (anak2) tidak mengetahui maksud dan tujuannya. Setelah video ini dibuat, lalu mereka tidak pernah melihat hasil dan mengetahui untuk apa kelanjutannya sampai Bapak Junvenri Parhusip share di laman media FB, dan menyebar tidak tentu arah.
Anak perempuan yg berbicara di video tersebut adalah putri Bapak Lasro Simbolon, penduduk Desa Simbolon Purba, dengan pekerjaan sehari hari sebagai petani.
Anak anak diajari untuk mau berakting sperti dalam video khususnya untuk mengungkapkan kalimat yang telah disusun rapi (bahkan sangat teratur, jelas dan berurutan, sampai mengatasnamakan desa bermohon ke Pak Jokowi) termasuk juga 2 orang pria dewasa yg berbicara di akhir video.
Dan mereka mengakui itu bukan inisiatif mereka dan sangat menyesal terlibat dalam video tersebut dan merasa disalahgunakan.
Dan sangat disayangkan upload video ini tidak atas persetujuan yg bersangkutan. Sekali lagi pasti ada kode etik berita sebelum dilepas di ruang publik harus mendapat persetujuan, jika anak2 harus mendapat persetujuan orang tuanya. Hal ini sangat perlu karena kedepan kita tidak tahu apa.yang terjadi baik pada psikis anak maupun keluarganya.
Lalu siapa yg bertanggungjawab untuk dampak video ini bagi mereka, terlebih lagi pada tumbuh kembang mereka di Samosir?
3. Sekitar bulan Agustus -‘Sepetember 2017, Bupati Samosir melakukan kunjungan kerja ke Huta Tangga Bosi ini, bersama instansi terkait, dan memastikan pada Desember 2017 jaringan listrik sudah masuk dan dapat dinikmati oleh semua masyarakat khususnya huta Tangga Bosi, termasuk huta Doloksanggul dan Dolokniapul sebagai bagian dari Dusun III Desa Simbolon Purba. Pemasangan tiang listrik sepenuhnya langkah pemerintah untuk menjawab kebutuhan masyarakatnya. Dan sejak Natal 2017 Dusun 3 Desa Simbolon Purba sudah menikmati aliran listrik. Investasi besar ini (pemasangan gardu, tiang listrik dll) telah diprioritaskan untuk 18 KK di Huta Tangga Bosi dan masyarakat sekitarnya di sepanjang jalur tiang yang sudah ada. Namun proses mendapatkan aliran listrik sampai ke rumah,rumah menjadi kewajiban masyarakat untuk memohonkan meteran listrik ke PLN sesuai peraturan yg berlaku.
Jadi tidak ada lagi yang menggunakan lilin atau semprong untuk penerangan di rumahnya, apalagi untuk belajar di malam hari.
4. Jarak pemukiman ke gedung sekolah hanya -/+ 4 km, biasa dilalui anak anak dengan berjalan kaki, berlari dan bercanda di pagi dan siang hari, tidak hanya di Desa Simbolon Purba, namun juga di daerah lainnya. Hal ini disebabkan sebaran penduduk yang tidak merata dan cenderung berkelompok. Kondisi jalan desa berlumpur ketika musim hujan, dialami di seluruh jalan yang belum dilakukan pengerasan jalan.
Yang perlu ditegaskan bahwa kondisi jalan ini tidaklah membahayakan nyawa anak anak untun ke sekolah, dan menghambat semangat mereka menimba ilmu bagi masa depannya.
5. Tingkat ekonomi penduduk huta Tangga Bosi yang terdiri 18 KK bukanlah seluruhnya masyarakat kategori miskin, karena terlihat memiliki kecukupan pangan dan sandang, akses dekat ke fasilitas pendidikan dan kesehatan, sudah ada memiliki TV dan parabola, sepeda motor dan usaha pertanian yang relatif baik.
Saat inipun pembinaan dan bantuan kepada kelompok masyarakat semakin bertambah intensitas dan jenis bantuannya seperti Raskin, PKH, bantuan bibit tanaman dan peralatan pertanian, Dana BOS, dan lain lain sebagainya. Tinggal masyarakat memilih apa yang bisa dikerjakan untuk memenuhi kebutuhannya sehari hari Memang masih ada keluarga yang masih berjuang pindah dari status miskin dan rawan miskin, namun tidak membuat mereka patah semangat dan menderita, seperti yang dialamatkan kepada mereka. Setidaknya mereka masih mampu melaksanakan kewajiban sosial adat istiadat di kampung, disamping memenuhi kebutuhan sehari hari.
6. Mengenai sumber air, sama seperti daerah dataran tinggi di punggung pulau Samosir, masih terdapat sumber sumber air (sumur air resapan) yg secara turun temurun telah digunakan dan dikonsumsi masyarakat sebagai sumber air bersih. Selain itu juga tersedia bak-bak penampungan air hujan di rumahrumah penduduk utk memenuhi kebutuhan air bersih. Sampai saat ini memang tidak ada sumber air maupun sarana air bersih yg bisa dialirkan kesana. Kami terbuka untuk setiap usul saran maupun partisipasi dukungan terkait penyediaan air bersih, yang kami sadari bisa kita cari solusi terbaik.
Sementara ini demikian klarifikasi atas informasi yang beredar tentang Samosir kami disampaikan, semoga para pembaca bisa secara bijak dan tulus hati kembali mendukung setiap upaya membangun Samosir ke arah yg lebih baik, dan lebih mengedepankan etika ketimuran dalam berekspresi di media sosial, tanpa menghilangkan substansi yg ingin disampaikan.(ps)