Kab Bandung |Kontroversinews. – Di hari Guru Nasional yang diperingati setiap 25 November, ternyata masih ada Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Kabupaten Bandung yang terdapat satu orang guru honorer dan mengajar dari kelas satu hingga kelas enam seorang diri. Lokasi SDN Sukamanah di Desa Sugihmukti Kecamatan Pasirjambu Kab. Bandung yang berada di pegunungan dan perkebunan teh membuat setiap guru yang ditugaskan di tempat itu, tak pernah bertahan lama.
Setia Rusmana (47) adalah satu satunya guru yang sejak sebulan terakhir ini bertanggungjawab untuk mengajar siswa kelas satu hingga kelas enam di SDN Sukamanah. Berat memang dirasakan oleh Rusmana, namun panggilan jiwa untuk menyelamatkan masa depan anak anak didiknya menjadi tanggungjawab yang tak bisa dilepaskannya begitu saja.
“Saya mengajar di SDN Sukamanah sejak 2009 akhir, sebelumnya ngajar di SDN Dewata II sejak 2004 lalu. Nah di SDN Sukamanah ini mulai ngajar sendirian sejak akhir 2018, sebelumnya memang ada tiga orang guru honorer lain tapi mereka mundur karena upah tidak sebanding dengan pekerjaan yang tiap hari kami laksanakan,”kata Rusmana saat ditemui sela-sela HUT ke 73 PGRI di Gambung Desa Mekarsari Kecamatan Pasirjambu Sabtu (24/11/18).
Menurut Rusmana, sejak 2009 ketika mulai bertugas di SDN Sukamanah itu, memang sempat ada beberapa guru yang berstatus Pegawai Negeri Sipil ((PNS). Namun sayangnya, tak pernah bertahan lama. Sehinga yang tersisa hanya kepala sekolah (PNS) dan beberapa guru yang berstatus masih honorer. Para guru PNS itu rata rata tak kerasan untuk mengajar di sekolah yang lokasinya memang berada di pegunungan dan dikelilingi perkebunan teh. Jarak tempuh yang jauh dengan kondisi medan yang lumayan terjal membuat para guru ciut untuk tetap mengajar disana.
“Biasanya guru PNS itu cuma tahan setahun atau dua tahun saja. Setelah itu mereka minta pindah tugas ke tempat yang enak. Yah akhirnya tinggal kami para guru honorer yang tersisa dan sekarang tinggal saya sendirian,”ujar pria bergelar sarjana pendidikan ini.
Rusmana melanjutkan, upah yang diterimanya setiap bulan hasil mengajar di SDN Sukamanah pun tak besar. Yakni hanya sekitar RP 300 hibu hingga Rp 500 ribu saja. Sedangkan dari rumahnya di Kampung Tenjolaya menuju sekolah itu jaraknya sekitar 35 kilometer, menembus hutan dan hampatan perkebunan teh.
“Kalau naik ojek pulang pergi ongkosnya sekitar Rp 60 ribu. Untungnya saya ada motor, jadi agak sedikit mengurangi pengeluaran sehari hari. Tapi yah dengan upah yang saya terima setiap bulan hanya sekitar Rp 300 ribu hingga Rp 500 ribu sangat berat juga sih. Makanya kami para guru honorer di daerah terpencil ini sangat berharap bisa jadi PNS, agar kami bisa fokus mengabdikan diri untuk mempersiapkan generasi muda bangsa ini,” ujar dia.
Perjuangan Rusmana yang seorang diri harus berjibaku memastikan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di SDN Sukamanah tetap berlangsung ini mengundang keprihatinan praktisi pendidikan di Kabupaten Bandung, A. Rukmana. Menurutnya, selain di SDN Sukamanah, kondisi yang tak jauh berbeda juga ada di tempat lain di Kabupaten Bandung. Bahkan, dibeberapa sekolah di daerah yang tidak terpencil pun masih banyak yang hanya diisi atau membebankan tanggungjawab kepada para guru honorer.
“Ironis sekali disaat para pengurus PGRI dan pejabat Dinas Pendidikan hidup glamour. Sementara seorang guru Honor di SDN Sukamanah harus menanggung beban mengajar dari kelas satu hingga kelas enam seorang diri. Sedangkan peringatan hari guru digelar besar besaran dan mempertontonkan kemewahan, ketua PGRI dan kepala dinas pendidikan tidak punya rasa malu,”kata Rukmana. ( Lily Setiadarma).