Demi Ujian, Siswa SMP di Kab Bandung Menginap di Sekolah

oleh
oleh

PASIRJAMBU | Kontroversinews – Muhammad Nuruhmatul Mubin, siswa SMP terbuka TKB Patuha sejak Minggu (21/4) kemarin menginap di SMPN 1 Pasirjambu. Ia beserta 17 siswa yang berasal dari SMP terbuka sengaja menginap karena akan mengikuti ujian nasional berbasis komputer (UNBK).

Pilihan menginap ditempuhnya sebab jarak rumah dan sekolahny ke SMPN 1 sangat jauh. Ia pun mengaku akan menginap di sekolah selama 4 hari hingga penyelenggaraan UNBK tingkat SMP selesai dilaksanakan.

“Kami menginap di SMPN Pasirjambu karena dari rumah ke SMPN 1 Pasirjambu lumayan jauh,” ujarnya, Senin (22/4). Dirinya mengaku selama mengikuti ujian membawa bekal sendiri dari orang tua dan fasilitas dari sekolah.

Menurutnya untuk bisa mengikuti UNBK, dia bersama teman-temannya harus mengeluarkan biaya ekstra, baik untuk makan maupun untuk biaya lainnya.

“Bayar ke guru Rp950.000, untuk biaya hidup, ujian dan simulasi UNBK,” ujarnya.

Kepala Sekolah SMPN 1 Pasirjambu, DR. Achmad Fadilah saat pemantauan dan pengecekan kesiapan  pelaksanaan UNBK  di SMPN 1 Pasirjambu Kecamatan Pasirjambu Kab. Bandung.
Kepala Sekolah SMPN 1 Pasirjambu, DR. Achmad Fadilah saat pemantauan dan pengecekan kesiapan pelaksanaan UNBK di SMPN 1 Pasirjambu Kecamatan Pasirjambu Kab. Bandung.

Sementara itu, Kepala Sekolah SMPN 1 Pasirjambu, DR. Achmad Fadilah mengatakan jumlah peserta UNBK di sekolah yang dipimpinnya sebanyak 470 siswa. 76 orang diantaranya berasal dari empat SMP terbuka yaitu Dewata, Paranggong, Culamega dan Patuha.

“Jarak SMP terbuka ke SMPN 1 Pasirjambu sebagai induknya memang jauh bisa mencapai 40 Km. Kami menyediakan penginapan bagi peserta UNBK dari SMP terbuka agar tidak terlambat,” katanya.

Menurutnya, penginapan disediakan sejak  hari Minggu (21/4) hingga selesai UNBK pada Kamis (24/4) mendatang. Dimana siswa didampingi guru pamong (pendamping). Selain itu, mereka mendapatkan kesempatan untuk mengikuti gladiresik.

Ia menuturkan, tujuannya saat pelaksanaan UNBK agar mereka tidak gagap teknologi (gaptek). Sebab diakui, kemampuan mengoperasikan komputer para peserta UNBK dari SMP terbuka masih rendah.

“Yang dari sini saja masih rendah kemampuan komputernya. Untungnya kami melakukan gladi dan juga latihan try out. Alhamdulilah pelaksanaan lancar. Target kami sih semuanya lancar,” ungkapnya.

Dirinya menambahkan, di sekolah pihaknya menyediakan sebanyak 158 unit komputer dengan empat server yang ditempatkan di lima kelas. Pelaksanaan UNBK, dilakukan sebanyak tiga sesi. Kata dia, karena pihak sekolah belum memiliki komputer sendiri, pihaknya menyewa dari pihak ketiga. Dengan biaya sewa sekitar Rp 60 hingga Rp 70 juta.

“Biaya tersebut sekitar 60 persennya dari dana BOS. Nah sisanya sumbangan seikhlasnya dari para alumni dan orang tua siswa. Jadi tidak benar kami melakukan pungutan kepada semua siswa yang akan UNBK,” ujarnya.

Achmad menjelaskan, permohonan sumbangan ini juga telah melalui musyawarah antara para orang tua siswa dan komite sekolah. Termasuk soal besaran sumbangan yang tak dipatok oleh pihak sekolah. Hal ini bisa dibuktikan dengan hasil notelensi rapat dan rekaman video. Achmad mengklaim semuanya dilakukan atas dasar keikhlasan para orang tua siswa.

“Nah dalam formulir sumbangan pun nilainya tidak ditetapkan. Tapi diisi dengan titik titik, nah mereka sendiri yang mengisinya. Soal katanya siswa yang belum bayar tiap hari ditagih, yah itu karena mereka sudah janji,” katanya.

Achmad juga membantah jika semua siswa yang akan melaksanakan UNBK dimintai uang sebesar Rp 250 ribu plus Rp 100 ribu untuk biaya perpisahan. Karena bersifat sumbangan, tidak semua membayar. Apalagi di sekolah tersebut sekitar 40 persen siswanya adalah penerima Kartu Indonesia Pintar (KIP).

“Ini inforamasi yang harus diluruskan, mereka tidak semuanya menyumbang. Apalagi disini banyak siswa dari kelangan bawah, enggak mungkin kami membebani dengan pungutan,” katanya.
( Lily Setiadarma)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *