SOREANG Kontroversinews.com– Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Soreang menggelar Pelatihan Perawatan Kaki Diabetik bagi puluhan penderita penyakit diabetes.
Direktur RSUD Soreang, dr. Riantini MMRS menyakini kegiatan pelatihan tersebut tidak hanya bermanfaat untuk para pengidap penyakit diabetes, tapi juga untuk keluarga dan kerabatnya. Dijelaskan Riantini, sensorik para pengidap diabetas bisa berkurang sehingga menjadi sadar saat terkena benda tajam atau sumber api. Akibatnya menyebabkan luka yang proses penyembuhannya memerlukan waktu yang lama.
“Latihan ini untuk mencegah, memang sangat bermanfaat karena mencegah akan lebih baik daripada mengobati, sasaran peserta saat ini adalah pengidap diabetes dengan jumlah 30 orang,” ujar Riantini usai membuka kegiatan Pelatihan Perawatan Kaki Diabetik di RSUD Soreang, Minggu (3/7).
“Mudah-mudahan ini sangat bermanfaat untuk orang diabetesi, juga untuk keluarganya maupun kerabatnya,” sambungnya.
Hadir dalam kegiatan tiga narasumber yaitu dr. Hj. Henny Koesna, Sp. PD yang menjelaskan tentang Diabetes Melitus, kemudian ada dr. Susanti Dharmmika, Sp. KFR yang menjelaskan tentang kaki Diabetik dan Gangguan Fungsinya, terakhir ada dr. Rr. Devy A Susyani.
Riantini mengungkapkan diabates menjadi penyakit tidak menular yang memiliki kasus dengan rangking yang sangat tinggi di Indonesia. Hal tersebut, menurut Riantini, disebabkan oleh perubahan gaya dan pola hidup yang modern dimana segala sesuatunya menjadi lebih mudah.
“Penyakit lainnya seperti jantung, hipertensi menjadi satu paket dengan penyakit diabetes ini,” tutur Riantini.
“Untuk pencegahan diperlukan adanya keseimbangan pola hidup, aktivitas fisik, pola makan, mental rohani yang sehat, supaya tidak jatuh menjadi penderita diabetes,” jelasnya.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Dr. Hj. Henny Koena Sp.pD menjelaskan diabetes melitus adalah salah satu penyakit kronis yang ditandai dengan ciri-ciri gula atau glukosa di dalam darah. Diketahui glukosa adalah sumber utama energi bagi sel tubuh manusia.
“Timbul gejala pada seseorang adanya peningkatan gula darah, tidak ada insulin atau ada tapi kerjanya kurang baik atau keduanya, sehingga berakibat tipe 1 diabetes dan tipe 2 diabetes,” ujar dr. Henny saat memberikan materi kepada peserta pelatihan.
Sementara itu, salah satu peserta pelatihan, Agus Syahroni mengucapkan terima kasih atas terselenggaranya kegiatan pelatihan perawatan kaki diabetik. Agus merupakan penderita diabetes selama 14 tahun hingga kakinya harus diamputasi.
“Kemarin waktu kontrol saya dikasih tahu sama dokter hari Minggu harus datang (untuk mengikuti pelatihan). Sudah 14 tahun mengidap, sampai kaki diamputasi. Saya ingin sembuh,” pungkas Agus.