Asyiknya Ngabuburit Sambil Belajar Memanah

oleh
oleh
Salah seorang pengunjung asal Ciwidey Lee sedang belajar memanah bersama komunitas memanah Al Fatih Archery Soreang, di halaman Masjid Al Fathu di Jalan Raya Al Fathu Soreang.

Kab Bandung | Kontroversinews.- Menunggu tibanya waktu buka puasa, banyak kegiatan positif yang bisa dilakukan. Salah satunya belajar memanah bersama komunitas memanah Al Fatih Archery Soreang, di halaman Masjid Al Fathu di Jalan Raya Al Fathu Soreang.

Menunggu waktu berbuka puasa sambil belajar memanah menjadi salah satu aktivitas dari komunitas Al Fatih Archery Kabupaten Bandung. Selain mengasyikan, banyak manfaat dari belajar memanah yang memang menjadi salah satu sunah Rosululloh Nabi Muhammad SAW. Yakni olahraga, melatih konsentrasi,  kesabaran.

“Tak hanya itu saja, dalam olahraga memanah ini ada juga adab atau aturan yang tidak memperbolehkan seorang pemanah untuk tidak sombong ketika anak panah yang dilesatkannya tepat sasaran. Sebaliknya tidak boleh putus asa atau patah semangat jika anak panah tak mengenaik sasaran, jadi olahraga ini juga saya bilang bisa juga memperhaiki ahlaq si pemanahnya itu sendiri,”kata sekertaris komunitas Al Fatih Archery Kabupaten Bandung,  Faza Fadhilah Hunsan (19) di pelataran Masjid Al Fathu Soreang, Kamis (17/5/18).

Menurut Faza, komunitas yang beranggotakan puluhan orang itu memang biasa berlatih dan berkumpul di halaman Masjid Al Fathu Soreang. Selain berlatih, tentunya menjalin dan mempererat tali silaturahmi. Biasanya mereka berkumpul dan berlatih setiap Sabtu dan Rabu. Namun mereka juga tidak terpatok pada jadwal yang telah ditentukan saja, anggota komunitas bisa kapan saja datang dan berlatih di tempat itu.

“Komunitas ini terbentuk sudah beberapa tahun ini, anggotanya ada puluhan orang tersebar di Kabupaten Bandung. Kalau pengurus ada delapan orang, memang biasanya kalau latihan rutin kami biasa berkumpul setiap Sabtu dan Rabu. Kalau hari ini saya sengaja sambil ngabuburit nunggu tibanya waktu buka puasa sambil berlatih memanah,”ujarnya.

Faza mengatakan, dalam memanah terdapat beberapa adab atau aturan yang harus ditaati oleh seorang pemanah. Seperti tidak boleh mengacung ngacungkan anak panah dengan mata panah ke atas. Tapi anak panah harus dipegang dengan posisi mata panah kebawah. Kemudian tidak boleh melesatkan anak panah ketika di depan papan target ada orang atau apapun mahluk hidup yang melintas.

“Memang ada beberapa adab yang harus ditaati oleh seorang pemanah. Tujuannya agar tidak membahayakan orang lain. Bahkan adab ini juga berlaku saat seorang pemanah sedang berkuda dan akan membidik target, bagaimana posisi telunjuk memegang dan mengunci anak panah agar tidak lepas dan jatuh membahayakan orang lain,”katanya.

Faza menambahkan, dalam olahraga memanah ini, biasanya terdapat dua jenis busur yakni tradisional dan modern. Busur modern biasanya terbuat dari bahan fiber namun ada juga yang terbuat dari bahan campuran antara kayu, tanduk dan fiber. Sebenarnya, kata dia untuk busur dan anak panah tradisional kalau untuk bahan tak jauh berbeda, yakni ada yang terbuatk dari kayu, fiber dan campuran.

“Bedanya kalau yang modern itu kan sudah pakai teleskop untuk akurasi lesatan panahnya. Nah kalau seperti yang saya pakai ini tradisional tanpa teleskop, ini saya pakai untuk mengasah insting seorang pemanah dalam membidik targetnya. Yang saya pakai ini jenis panah tradisional Turkis bow untuk pemanah berkuda (horse bow), sebarnya masih banyak jenis busur tradisional lainnya, seperti Jamparing dari Jawa, Rancatan Bow dari Sumedang dan Long Bow dari Papua,”katanya.

Faza melanjutkan, hobinya berolahraga memanah ini digelutinya sejak beberapa tahun terakhir ini. Meski demikian pria yang tercatat sebagai mahasiswa semester II Jurusan Bahasa Arab di Ma’had Al Imarat Kota Bandung itu telah beberapa kali mengikuti kejuaraan. Bahkan, selain sebagai hobi, Faz juga memproduksi sendiri busur dan anak panah untuk dijual. Biasanya, ia membuat busur panah berbahan fiber impor. Sedangkan untuk anak panahnya, ia menggunakan bambu petung dengan bulu kalkun impor.

“Saya sudah bikin ada puluhan set busur dan anak panah yah. Biasanya saya bikin busur disesuaikan dengan tinggi badan pembelinya, karena setiap orang itu beda beda. Kalau yang seperti ini busurnya biasa saya jual Rp 700 ribu, kalau anak panahnya satu Rp 75 ribu satu jadi kalau 12 anak panah itu saya jual Rp 800 ribu,”kata warga Kampung Baraja Desa Cilampeni Kecamatan Katapang itu. (Lily Setiadarma). 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *