CIWIDEY | Kontroversinews – Sejumlah siswa kelas XI SMAN 1 Ciwidey tidak diperbolehkan mengikuti ujian penilaian tengah semester (PTS) yang digelar sekolah, Rabu (27/3) karena belum membayar uang SPP hingga Juni 2019. Mereka terlebih dahulu harus membayar iuran bulanan agar bisa mengikuti ujian sekolah tersebut.
Salah seorang orang tua siswa yang enggan disebutkan namanya mengaku kesal dengan kebijakan tersebut. Mereka yang tidak diperbolehkan ujian harus memanggil orangtuanya ke sekolah untuk bertemu pihak pimpinan.
“Di sekolah ada perundingan. Akhirnya kartu peserta bisa didapat tapi syaratnya harus membuat pernyataan kesanggupan membayar SPP sampai Juni,” ujarnya, Rabu (27/3).
Ia mengungkapkan kejadian tersebut sering berulang tiap menjelang ujian UTS ataupun PTS. Pihak sekolah menurutnya menagih lebih cepat iuran SPP dengan cara menahan kartu peserta siswa.
Salah seorang wali siswa yang enggan disebutkan namanya mengalami peristiwa di sekolah yang membuat trauma. Dirinya dibentak oleh petugas tata usaha hanya karena terlambat membayar iuran SPP sekolah.
Bahkan tidak hanya itu, surat pernyataan kesanggupan membayar SPP hingga juni dilempar. “Saya malu dan tidak mau ke sekolah lagi,” katanya.
Sementara itu, sebagian siswa kelas XII yang akan melaksanakan ujian nasional berbasis komputer (UNBK) khawatir dan was-was tidak bisa mengikuti ujian. Sebab sekolah hanya akan memberikan kartu peserta ujian kepada siswa yang sudah melunasi SPP hingga Juni dan sisa tunggakan dana sumbangan tahunan.
Terpisah, orang tua siswa di SMAN 1 Soreang mengeluhkan kebijakan menagih uang SPP dan DSP ketika hendak ujian. Pihak sekolah mewajibkan membayar lunas tunggakan dan jika belum membayar SPP maka kartu peserta ujian ditahan pihak sekolah.
“Ini berdampak negatif pada mental anak sehingga tidak mau makan dan belajar. Anak-anak merasa malu sama teman-temannya,” katanya. Dirinya berharap pihak sekolah memberitahukan mengenai tagihan iuran SPP melalui surat dan tidak disampaikan saat siswa akan ujian dan diumumkan.
Sementara itu, saat dikonfirmasi melalui sambungan telepon , Kepala Sekolah SMAN Ciwidey Drs. H. Taufik Rancmat dan Kepala Sekolah SMAN 1 Soreang H. Usep tidak menjawab. (Lily Setiadarma)
Ternyata sekolah disitu cara adab dan tatakrama akhlak yg tdk baik,,,,, jangan sampei anak sy sekolah disitu….. Wah kebijaksanaan yg menekan mental anak murid, dan tdk mempunyai adab yg baik.,, udah sekolahnya digunung kampung ih ga ada bagus bagusnya
Saya Alumni SMA Negeri 1 Ciwidey Cukup Merasa Kecewa dengan adanya Kasus ini, namun bagaimanapun ini sekolahku dimana saya mendapat pelajaran yg sangat berarti bagi saya sampai sekarang, mari dengan adanya permasalahan ini bisa menjadi pembelajaran bagi pihak sekolah dalam menjalankan sistem dengan baik, agar sekolah tercinta ini tetap maju!!
NYONGCOLANG DINA MUMUNGGANG