Kab Bandung | Kontroversinews.- Ironis, meski di Desa Sugih Mukti, Kecamatan Pasirjambu, terdapat Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Geodipa Patuha, namun lima kampung tersebut belum teraliri listriknya.
Untuk itu, PLTP Geodipa Patuha menyalurkan dana tanggung jawab sosialnya (CSR) untuk menerangi lima kampung tersebut diantara Kampung Sukasari, Cibadak, Cipaku, Galih dan Kampung Lengkap Desa Pegihmukti Kec. Pasirjambu Kab. Bandung.
“Tahun ini lima kampung di sekitar PLTP Geodipa sudah terang benderang. Kami merasa bersalah apabila kampung-kampung di sekitar pembangkit listrik sebanyak 150 KK ternyata masih gelap gulita,” kata
Human Capital and General Affair Assisstan Manager PT Geodipa Energi, Andi Kusnandar yang didampingi Public Relation Geodipa Agung Maulana , kepada wartawan di RM. Panyaungan Jl. Raya Soreang Banjaran, Rabu (7/3/2018) .
Dia menambahkan, PT Geodipa Patuha sudah mulai digarap sejak tahun 2001, tapi baru bisa berproduksi pada tahun 2014. “Perusahaan ini merupakan berstatus BUMN dan satu-satunya dalam PLTP karena PLTP Kamojang adalah anak perusahaan Pertamina,” katanya.
Untuk membantu warga Kabupaten Bandung khususnya masyarakat sekitar pembangkit listrik, kata Andi, dilakukan dengan berbagai kepedulian sosial baik infrastruktur jalan, kesehatan, pendidikan, maupun pemberdayaan ekonomi. “Kami membantu pengembangan ternak unggulan, pertanian, dan desa wisata berupa kukuyaan di Desa Alam Endah,” ujarnya.
Pembangunan jalan dengan cara dibeton maupun diaspal sudah dimulai dengan panjang sampai 17 km. “Jalan yang kami perbaiki berada di Kecamatan Pasirjambu dan Kecamatan Rancabali. Warga meminta perbaikan jalan dan semampunya kami bantu,” ucapnya.
Sedangkan dalam bidang pendidikan, kata Andi, perusahaan membantu dalam perbaikan sekolah maupun madrasah. “Kami juga memberikan beasiswa dan alat-alat pendidikan agar ada peningkatan mutunya,” katanya.
Andi mengakui pihaknya tak ingin masyarakat hanya melihat karyawan PT Geodipa lalu lalang melintasi jalan-jalan masyarakat. “Kami tak ingin masyarakat terutama di tiga desa sekitar hanya menjadi penonton. Meski kami harus mendidik dan melatih masyarakat sekitar agar bisa bekerja di perusahaan panas bumi,” ujarnya.
Sampai saat ini terdapat 60 orang warga sekitar perusahaan yang bekerja. Rata-rata menjadi operator karena memang kemampuan dan keahlian warga di bidang itu. (Lily Setiadarma)