Upaya lainnya, Disperindag Kabupaten Bandung juga ada rencana untuk Operasi Pasar Murah (OPM). Namun, kata Dicky, pelaksanaan OPM tersebut harus disiapkan dari aspek pewaktuannya. Kemudian, tutur Dicky, ada kebijakan pemerintah pusat yang akan menghentikan ekspor dulu. Jadi, sebelum memenuhi kebutuhan diluar, pasokan CPO di dalam harus bisa terpenuhi terlebih dahulu.
“Kalau lihat dari sisi aspek potensi, kan kalau dari aspek data, Indonesia negara ketiga dari aspek CPO yang paling besar,” ungkapnya.
Disinggung mengenai adanya praktek penimbunan yang menyebabkan kenaikan harga minyak goreng, Dicky mengaku belum bisa memastikannya. Namun yang jelas, tegas Dicky, stok minyak goreng masih aman.
“Kalau penimbunan kita pun belum bisa memantau di lapangan ada penimbunan atau tidak, tapi yang jelas stok itu ada aman,” kata Dicky.
Sementara itu, salah seorang pedagang batagor di Soreang, Hendra (54) mengatakan kenaikan harga minyak goreng sudah terjadi selama dua sampai tiga bulanan. Katanya, harga minyak curah biasanya diharga Rp12 ribu, namun sekarang harga pasarnya menjadi Rp22 ribu.
“Selama pandemi pulang kampung, enggak jualan. Baru jualan lagi semenjak sekolah buka lagi. Tapi, pas baru jualan malah minyak mahal. Ya dijalani saja karena enggak bisa usaha lain, sudah tua,” pungkas Hendra.