SOREANG | Kontroversinews – Puluhan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Kab Bandung , khususnya pemilik kios atau warung, mengikuti pelatihan manajemen ritel modern yang diselenggarakan PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (Alfamart) di Gedung Balesawala, Komplek Pemda Kab.Bandung , Selasa ( 22//2019).
Kadisperindag Kabupaten Bandung H. Popi Hopipah mengatakan, para pelaku UMKM di Kabupaten Bandung harus siap menghadapi industri 4.0. Menurutnya, para pelaku UMKM juga harus mengikuti perkembangan teknologi informasi untuk meningkatkan penjualannya.
“Kami sangat mendorong, apalagi sekarang menggunakan aplikasi. Mereka harus melek terhadap IT atau kemampuan menggunakan teknologi informasi,” katanya.
H. Popi mengklaim, prodak UMKM Kabupaten Bandung sudah berani tayang di Indonesia. Melalui pelatihan tersebut pihaknya berharap UMKM Kabupaten Bandung tetap eksis. Selain itu, untuk menunjang hal tersebut harus didorong dinas lainnya, tak hanya Disperindag.
“Kami ingin mengangkat investor dan kami juga punya kewajiban untuk memajukan masyarakat Kabupaten Bandung,” ujarnya.
H. Popi berharap, melalui pelatihan itu para pelaku UMKM di Kabupaten Bandung dapat merubah manajemen untuk mengaplikasikan industri 4.0.

“Harapan yang paling utama ada perubahan sikap mental dari para pelaku usaha. Terutama memanege uang, kedua, bisa mengaplikasikan program industri 4.0 ini, karena semua program memakai aplikasi,” tambahnya.
Sementara itu, General Manager Member Relations Alfamart Dwi Aryo Damasto mengatakan, dalam pelatihan tersebut para peserta memperoleh materi terkait dengan manajemen penataan barang, pengaturan stok barang, manajemen keuangan (cash flow), tips mengamati tren pasar terkait produk yang sedang diminati, serta pelayanan.
Menurut Aryo mayoritas para pedagang telah menjalankan usahanya sesuai dengan prinsip manajemen ritel modern, namun tidak mengetahui mengapa hal tersebut harus dilakukan. Salah satunya mengenai pentingnya pembukuan. “Mayoritas para peserta tidak membuat catatan pembukuan. Jadi jika ditanya berapa besar keuntungan harian yang diperoleh, pada umumnya peserta tidak tahu,” katanya.
Ia menilai, tidak sedikit UMKM tersebut yang tidak berkembang, bahkan merugi karena pengelolaan yang tidak baik.
“Salah satu contoh penyebab kerugian yakni karena tidak ada pencatatan dan pemisahan antara barang yang menjadi modal usaha dengan yang dikonsumsi sendiri,” ujarnya.
Menurutnya, ada puluhan ribu UMKM yang telah menggunakan aplikasi Alfamikro untuk membeli berbagai prodak dengan harga yang kompetitif dan pelayanan yang cepat.
“Sekarang total pengusaha yang menggunakan aplikasi Alfamikro di seluruh Indonesia mencapai 46 ribu. Hal itu mengalami peningkatan setiap tahunnya,” ujarnya.
Ia menggambarkan, perkebangan itu semakin pesat dengan hitungan 10 ritel di setiap daerah dapat bermitra dengan 50 UMKM atau warung binaan.
“Keuntungannya, warung pesan kepada kita. Kita antar dan harga yang dijual dengan harga modal. Di Kabupaten Bandung sendiri ada sekitar 1.200 warung binaan,” jelasnya.(Lily Setiadarma).
