SAMOSIR Kontroversinews.com – Sumatra Utara memiliki segudang pesona yang tak habis dinikmati meski berkunjung semalam suntuk. Surga dunia yang satu ini tak pernah bosan memanjakan mata anda dengan keindahan alam dan budaya, salah satunya Desa Wisata Huta Tinggi.
Berjarak sekira 213 kilometer dari Kota Medan, Desa Huta Tinggi juga bisa dijangkau dari Bbandara Silangit sejauh 100 kilometer. Anda dapat menempuh perjalanan selama 2,5 jam dengan menggunakan mobil jenis apapun, karena akses jalanan menuju desa ini sangatlah mulus.
Sesampainya di desa ini, Anda akan disambut dengan tarian penyambutan sebagai bentuk penyambutan kepada tamu. Wisatawan yang datang juga bisa ikut mempelajari berbagai alat musik, lho! Mengunjungi Huta Tinggi, tak perlu khawatir soal akomodasi, sebab Anda bisa bermalam di homestay yang ada di desa ini.
Warga Huta Tinggi menyulap rumah adat Batak yang dikenal dengan nama Rumah Bolon, menjadi homestay yang nyaman. Rumah Bolon yang berusia ratusan tahun tersebut kerap dihiasi ukiran sarat makna dan dipercaya sebagai penolak bala. Konon, dapat melindungi pemilik rumah dari bahaya penyakit. Atap Rumah Bolon sejatinya dibuat menggunakan ijuk, tetapi kini banyak masyarakat yang telah menggunakan seng agar lebih kokoh.
Tak hanya menawarkan nilai historis, homestay di Desa Huta Tinggi juga terasa bersih dan nyaman, serta menerapkan protokol kesehatan. Salah satu keunikan Rumah Bolon terdapat pada anak tangganya. Jika berjumlah ganjil, maka berarti rumah tersebut diperuntukkan bagi Raja. Sementara itu, Rumah Bolon dengan jumlah tangga genap diperuntukkan untuk para pelayan raja. Rumah Bolon sejatinya tak menggunakan paku sama sekali pada konstruksinya, jalinan kayu disatukan dengan pasak dan tali akar. Tak perlu merogoh kocek terlalu dalam, Anda bisa beristirahat dengan nyaman di homestay hanya dengan membayar Rp200.000 per malam.
Desa Huta Tinggi sendiri masuk ke dalam 50 Desa Wisata Terbaik Anugerah Desa Wisata Indonesia 2021. Menurut POKDARWIS Desa Wisata Huta Tinggi Stella Angelica, desa ini mulai membentuk kelompok Sadar Wisata pada 2013 lalu. “Kita lihat potensi wisata, kita pelan-pelan membangun dan belajar tentang desa wisata. Selain homestay, ada banyak kerbau yang jadi mata pencaharian utama di sini. Kami jadikan atraksi wisata, (pengunjung) bisa naik kerbau dan juga memerah susu kerbau,” kata Stella.