ARJASARI | Kontroversinews – Disaat sejumlah pegawai harus merasakan di PHK atau dirumahkan, siswa lulusan sekolah kesetaraan malah kebanjiran pekerjaan membuat masker kain, karena banyaknya permintaan masker kain, imbas dari pemerintah yang mewajibkan penggunaan masker kain saat sedang beraktivitas diluar ruangan.
Salah seorang lulusan sekolah paket C warga Kampung Sarirasa, Susan Yulianti (19) membeberkan alasan dirinya melanjutkan sekolah Paket C atau setara SMA . Susan mengatakan bahwa sebelum mengikuti sekolah paket C, dirinya merasa kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan, tetapi setelah mengikuti sekolah paket C dan lulus, Susan memiliki bekal keterampilan menjahit dan bisa langsung bekerja di produksi masker kain.
“Alhamdulillah saya jadi bisa membantu perekonomian keluarga. Apalagi sekarang banyak orderan masker kain,” ucap Susan saat wawancara di tempat bekerjanya, Sabtu (11/4).
Sementara itu, pengelolan produksi masker kain, Saeful, mengaku kebanjiran order masker kain semenjak adanya pandemi Virus Corona. Dirinya mengaku bisa mendapatkan orderan masker kain sebanyak 500 lusin perhari. Padahal, perharinya Saeful hanya bisa memproduksi sebanyak 300 lusin masker, yang dibantu oleh pegawainya sebanyak sepuluh orang. Ada sepuluh orang pegawai yang bekerja dari pukul 07.00 WIB sampai pukul 16.00 WIB dan jika lembur bisa sampai pukul 21.00 WIB.
“Masker yang diproduksi menggunakan jenis bahan katun oxford. Karena, menurut Saeful, katun oxford ini memiliki karakter bahan yang lembut dan tidak terlalu keras serta fleksibel. Tali masker kita potong serong agar lebih elastis,” ujar Saeful.
Kendala produksi di saat adanya pandemi Virus Corona (Covid 19), lanjut Saeful adalah kurangnya pegawai dan kurangnya mesin. Padahal, disaat pandemi, banyak sekali masyarakat yang membutuhkan masker kain, sehingga pihaknya sering mendapatkan order masker yang cukup banyak.
“Pegawai memang bisa dicari, tetapi saat ini mesinnya belum cukup memadai. Selain itu, bahan baku masker juga mulai sulit ditemukan, karena banyak orang yang ikut-ikutan produksi masker,” sambungnya.
Ketua FK PKBM Se Kabupaten Bandung, Furqon Nulhakim, S.Ag.M.Pd, menceritakan awal berdirinya PKBM At-Tarbiyah yang ada di Kecamatan Arjasari. Pada awalnya, Furqon melihat kondisi masyarakat di Desa Pinggirsari Kecamatan Arjasari yang mayoritas pra sejahtera. Dengan demikian, pihaknya mencoba membangun kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pendidikan yaitu pendidikan kesetaraan.
“Salah satu pendidikan kesetaraan adalah bisa dilakukan sambil bekerja,” kata Furqon.
Di PKBM At-Tarbiyah ini, lanjut Furqon, siswa tidak hanya diberikan materi pelajaran saja tetapi juga diberikan pembelajaran cara menjahit. Dari hasil kursus tersebut, para siswa menjadi lebih siap untuk mendapatkan pekerjaan. Salah satunya adalah bekerja sebagai penjahit masker.
“Pada tahun 2019, kami mendapatkan bantuan PKHP (Program Keluarga Harapan Perempuan), diantaranya adalah program kursus menjahit. Sehingga kursus menjahit di sekolah kesetaraan ini semakin berkembang,” pungkas Furqon. (Lily Setiadarma )