PASIRJAMBU Kontroversinews.com – Pemerhati lingkungan di Kabupaten Bandung, Eyang Memet menyoroti banyaknya objek wisata baru yang bermunculan di Kabupaten Bandung. Menurut pria paruh baya tersebut, semua orang juga harus memiliki kesadaran terhadap keseimbangan dan kelestarian alam.
“Jadi hari ini orang begitu gencar dengan wisata, alih fungsi, diharapkan ada semacam kesadaran penuh dari masyarakat bagaimana melakukan penyeimbangan antara peruntukkan wisata, peruntukan pertanian,” ujar Eyang saat ditemui di Penangkaran bibit Wana Lestari Anak Nusantra ( WALATRA) di Kp. Papak manggu Desa Cibodas Kecamatan Pasirjambu Kab. Bandung , Kamis (26/5).

“Tolong jangan diabaikan tentang kaidah konservasi, sehingga alam tetap seimbang dan terjaga kelestariannya,” sambungnya.
Salah satu bentuk menjaga kelestarian alam adalah dengan mengembangbiakkan pohon kina. Kata Eyang Memet, pohon kina memiliki nilai histori bagi Kabupaten Bandung. Diketahui, di lambang Kabupaten Bandung terdapat pohon kina. Disamping itu, di Kabupaten Bandung juga terdapat Pusat Penelitian Teh dan Kina. Namun sayangnya, perkembangan kina di Kabupaten Bandung justru tertinggal.
“Kita ketahui bersama bahwa salah satu lambang dari Kabupaten Bandung adalah pohon kina, terus disini ada Pusat Penelitian Teh dan Kina tapi sementara kina sendiri sudah mulai tertinggal hari ini, sudah tidak lagi menjadi perhatian pemerintah. Kita dengar juga kalau butuh kina, maka harus beli dari Afrika,” tutur Eyang Memet.
Melihat kondisi kina yang tertinggal, Eyang Memet bersama masyarakat mencoba untuk membangun komunikasi dengan PTPN VIII. Katanya, perusahaan milik negara tersebut menyambut dengan baik program konservasi kina.
“Kita juga mengharapkan hadirnya pemerintah, jadi jangan sampai kina hanya dijadikan lambang saja, tapi masyarakat Kabupaten Bandung tidak tahu seperti apa kina dan manfaatnya, bagaimana kina dipandang dari sisi historis, bagaimana Kina dipandang dari sisi kesehatan dan konservasi,” ungkapnya.
Ada sekitar 20 ribu pohon kina yang disiapkan dalam rangka mendukung program konservasi tersebut. Saat ini, umurnya sudah menginjak usia satu bulan. Kata Eyang Memet, proses penanamnya akan dilaksanakan pada November mendatang.
“Proses penanaman awal sebetulnya kita menyiapkan media dulu, karena berbicara kina medianya itu harus jelas, padat dan sebagainya, lantas kita juga disini menggunakan tanah merah,” katanya.
“Ada sepuluh jenis kina, maksimal bulan 11 kita mulai tanam, masuk musim hujan,” pungkas Eyang Memet.